CariContactTwitterFacebookYouTube

Pencarian

Kamu di sini Beranda Wisata Kuliner Kuliner Yogyakarta Mangut Lele Mbah Marto Istimewanya Masakan Tradisional

Mangut Lele Mbah Marto Istimewanya Masakan Tradisional

Mangut Lele Mbah Marto Yogyakarta
Mangut Lele Mbah Marto Yogyakarta

Kuliner Yogyakarta yang Dimasak Di Atas Tungku

Dalam dunia kuliner, Jogja bisa dikatakan sebagai gudangnya kuliner ala pedesaan. Selain rasanya yang khas masakan desa, cara memasaknya masih sangat tradisional dan juga tempatnya yang kebanyakan jauh dari pusat kota. Misalnya saja Mangut Lele Mbah Marto, bagi para pecinta kuliner, rasanya nama itu sudah tidak asing lagi di telinga. Lokasinya berada di Dusun Nengahan, Ngiring-Ngiring, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Dilihat dari tingkatan daerah yang berposisi sebagai Dusun, bisa dipastikan bahwa lokasinya berada jauh dari pusat kota dan masuk ke dalam pedesaan.

Untuk aksesnya sendiri tidak terlalu sulit, dari pusat Kota Yogjakarta ambil saja arah ke selatan menuju Jalan Parangtritis KM 6,5. Atau sampai melewati kampus ISI dan bertemu dengan Kantor Pos Sewon, tepat di depan kantor pos belok ke kanan masuk ke dalam hingga bertemu dengan pertigaan pertama belok ke kanan. Sekitar 300 meter dari belokan tersebut ada sebuah gang kecil masuk ke kiri (sebelum rumah pertama yang menghadap ke jalan, kiri jalan). Biasanya kendaraan roda empat sudah mulai diparkir dari pertigaan setelah belok di depan kantor pos. Kebanyakan kendaraan roda empat yang parkir berplat nomer luar kota, apalagi pada saat musim liburan.

Letak rumahnya nomor tiga dari timur (deretan rumah yang belakang), kalau dilihat sekilas tidak tampak seperti sebuah warung makan. Kalau takut salah alamat, bisa tanya pada siapa pun yang ada di daerah situ. Dan meskipun diperhatikan dengan benar, tetap saja ini sebuah rumah yang ada di pedesaan pada umunya. Meskipun tempat makan ini berada di tengah kampung dan cukup tersembunyi tetapi Mangut Lele Mbah Marto selalu ramai diserbu pembeli.

Mbah Marto berjualan mangut lele tidak di warung seperti layaknya orang berjualan, tetapi rumah yang digunakan sebagai tempat berjualan. Waktu sampai kita langsung masuk ke dalam pawon (sebutan dapur tradisional dalam bahasa Jawa). Dindingnya terbuat dari tumpukan batu bata merah tanpa dilapisi semen, memperlihatkan tumpukan batu batanya dengan jelas, meskipun sebagian besar warnanya sudah berubah menjadi hitam akibat kepulan asap yang berasal dari tungku setiap hari. Panci-panci besar berisi lauk pauk berjejer di atas dipan bambu. Ada gudeg, opor ayam, sayur daun pepaya, garang asam, krecek, mangut lele dan tahu, tempe, telur dan ampela yang dimasak menjadi satu.

Di dapur itu pula Mbah Marto memasak seluruh menu yang disajikan dengan dibantu oleh beberapa orang. Di sini kita tidak akan bertemu dengan pelayan atau pegawai yang akan melayani kita, seperti yang biasa kita jumpai pada warung atau rumah makan pada umumnya. Semua dilakukan sendiri, Anda bebas mengambil nasi dan sayur sepuasnya. Sedangkan untuk menikmati makanannya, bisa di dalam rumah, teras samping, teras depan atau di dalam pawon, tinggal dipilih saja. Kalau pun ingin menambah lauk, Anda juga bisa mengambilnya sendiri. Untuk minumannya ada teh hangat atau teh panas, bisa mengambil sendiri atau minta diantarkan.

Sebelum berjualan di rumahnya yang beralamat di Dusun Ngireng-ireng, Desa Panggungharjo,Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, Mbah Marto berjualan beragam menu tersebut dengan cara berkeliling. Rasa mangut lelenya berbeda dengan yang biasa dijumpai di warung atau rumah makan pada umumnya. Daging lelenya keset dan pedas karena sebelum dimasak lele terlebih dahulu diasap di atas tungku dengan menggunakan kayu bakar sampai matang baru kemudian dimasak bersama bumbunya. Pengasapan menggunakan kayu bakar inilah yang memberikan aroma dan rasa “asap” yang khas pada lelenya. Kemudian lele dimasak menggunakan santan.

Meskipun menggunakan kuah santan, tapi kuahnya cair berwarna merah terang, tidak berwarna kuning seperti kebanyakan olahan mangut. Hal tersebut akibat penggunaan cabai yang cukup banyak. Mangut lele tersebut sangat pas dimakan bersama sayur krecek. Kreceknya sendiri cukup lembut dan tidak sepedas mangut lelenya. Kemudian ada juga tambahan gudeg yang berbahan dasar daun pepaya dan nangka muda. Untuk daun pepayanya juga enak dan tidak pahit. Warung Mangut Lele Mbah Marto mulai buka pukul 11.00 dan tutup pukul 16.00. Meski demikian, kadang sebelum sore, makanan yang dijual sudah ludes.

Sudah dibaca 4750 kali

Login

RSS/Atom - Social Networks

Open Search

Calendar