Kedai Ini Menjadi Salah Satu Sasaran Pecinta Kopi Nusantara Bahkan Mancanegara
Salah satu tempat nongkrong untuk menikmati nikmatnya kopi adalah Kedai Kopi Es Tak Kie. Kedai yang terletak di kawasan Glodok ini tepatnya berada di Jalan Pintu Besar Selatan III No. 4-6 Pancoran-Glodok, Jakarta Barat. Kedai ini menjadi satu tujuan penikmat kuliner di kawasan Pecinan. Kedai ini menjadi salah satu sasaran para pecinta kopi nusantara, bahkan mancanegara.
Didirikan pertama kali oleh seorang perantau dari Tiongkok bernama Liong Kwie Tjong. Awalnya kedai ini hanyalah berupa gerobak kecil yang berpindah-pindah di sekitar Glodok. Kopinya pun berasal dari kopi yang dijual di pasar tradisional Glodok saat itu. Nama Tak Kie sendiri diambil dari bahasa Hokkian, ‘Tak’ berarti bijaksana dan sederhana sedangkan ‘Kie’ berarti mudah diingat. Putra Liong, Liong Tjoen, adalah generasi kedua yang meneruskan usaha tersebut. Mulai dari generasi inilah, kedai tersebut mulai menetap di kedai kecil yang berada di gang Gloria. Liong Tjoen mulai mengkombinasikan berbagai kopi berbeda sebagai suguhan para pelanggannya.
Generasi ketiga, pemilik saat ini adalah anak Liong Tjoen, Ayauw. Tanpa perlu mengangkat konsep old school, kedai kecil ini sudah memiliki kesan tradisional dengan sendirinya karena sudah dijalankan tiga generasi. Kedai kopi ini hanya terletak beberapa meter saja dari bibir gang. Tempatnya tak terlalu besar. Tak ada papan nama yang megah. Bagian depannya malah tertutupi oleh gerobak penjual Sekba dan Bektim (makanan dari jerohan babi). Di dalamnya hanya tersedia meja dan kursi tua, beserta kipas angin. Namun, itulah yang menjadi daya tarik kedai kopi yang satu ini. Suasananya persis seperti rumah tua khas Pecinan zaman dulu.
Banyak foto hitam putih hingga foto berwarna terpajang di dinding tembok. Tokoh-tokoh penting dan public figure terkemuka di Indonesia, seperti Presiden Jokowi hingga pemain film Rio Dewanto pernah mengunjungi kedai ini. Turis asing duduk merasakan kenikmatan kopi pun merupakan pemandangan umum di kedai Kopi Es Tak Kie. Selain itu ada beberapa poster film yang mengambil kedai ini sebagai setting adegan. Poster itu dipigura dan juga dipajang di dinding. Di bagian atas dapur tergantung satu papan berukuran besar bertuliskan “Kopi Es Tak Kie” dengan tambahan huruf China.
Tempat ini menjadi tempat yang cocok untuk sarapan ataupun makan siang. Tak ada menu kopi yang macam-macam di kedai ini. Hanya ada dua pilihan: kopi hitam atau kopi susu. Dengan es atau tanpa es. Ciri khas Tak Kie untuk mengombinasikan rasa kopi juga tetap dipertahankan. Soal kualitas biji kopi, tak perlu Anda ragukan lagi. Karena, sang pemilik selalu memilih biji kopi dengan kualitas terbaik. Ayauw sendiri yang meracik kombinasi biji kopi Robusta, Arabika, Toraja, dan Lampung, kemudian disuguhkan dalam 1 tuangan kopi. Kopi inilah yang sampai sekarang menjadi menu terlarisnya, karena disuguhkan dalam keadaan dingin sehingga diberi nama Es Kopi Tak Kie.
Es kopi di Kedai Kopi Es Tak Kie ini berkisar sekitar Rp 16.000 untuk kopi hitam dan Rp 17.000 untuk kopi susu. Selain dalam bentuk seduhan kopi, kedai Kopi Tak Kei juga menjual dalam bentuk bubuk. Harga satu kilogram kopi racikan Es Kopi Tak Kei Rp 150.000. Aroma kopinya wangi dan rasa kopinya tidak terlalu pekat. Untuk yang tidak terbiasa minum kopi pun, tetap bisa menikmati kopi di sini. Selain menjual kopi dan teh, Kopi Es Tak kie juga menjual makanan, yakni Bakmi, Nasi Campur dan Nasi Tim. Kedai ini hanya buka dari pukul 7 pagi hingga 2 siang. Selain kopi, Anda bisa menikmati aneka kuliner yang dijajakan di sekitar kedai. Ada yang halal dan ada yang tidak halal. Jadi bagi yang muslim, ada baiknya bertanya terlebih dulu.