Candi ini Terkenal Sangat Unik Karena Berbeda Dengan Candi Hindhu Pada Umumnya
Candi Sukuh merupakan candi Hindhu pada jaman Majapahit yang berlokasi di Jawa Tengah. Persisnya, candi ini terletak di Dusun Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi Candi Sukuh terletak di lereng kaki Gunung Lawu pada ketinggian kurang lebih 1.186 meter di atas permukaan laut.
Candi ini ditemukan oleh arkeolog pada masa pemerintahan Gubernur Raffles tahun 1815. Usaha pelestarian komplek candi ini dilakukan oleh Dinas Purbakala sejak tahun 1917. Konon, candi ini didirikan pada abad ke 15 masehi semasa dengan pemerintahan Suhita, Ratu Majapahit yang memerintah pada tahun 1429-1446. Julukan yang diberikan kepada candi yang sudah lumayan tua ini adalah “The Last Temple” karena candi ini memang merupakan candi peninggalan umat Hindhu yang terakhir pada jaman Majapahit.
Awalnya keberadaan candi ini menjadi hal yang kontroversial sebagai objek wisata karena terdapat beberapa arca atau patung yang menggambarkan alat reproduksi manusia. Selain itu bentuk Candi Sukuh ini terkenal sangat unik karena berbeda dengan candi Hindhu pada umumnya. Bentuk candi ini adalah trapesium dan mirip dengan candi peninggalan suku Maya. Oleh karena keunikannya maka candi ini menjadi candi yang sangat menarik di wilayah asia tenggara. Pada tahun 1995, Candi sukuh diajukan ke UNESCO sebagai salah satu warisan dunia.
Menurut dugaan para ahli, Candi Sukuh dibangun untuk tujuan pengruwatan, yaitu menangkal atau melepaskan kekuatan buruk yang mempengaruhi kehidupan seseorang akibat ciri-ciri tertentu yang dimilikinya. Dugaan tersebut didasarkan pada relief-relief yang memuat cerita-cerita pengruwatan, seperti Sudamala dan Garudheya, dan pada arca kura-kura dan garuda yang terdapat di Candi Sukuh . Di sini anda akan disuguhi keindahan dari patung, arca, prasasti, serta relief-relief di sekitaran maupun di dalam candi.
Suasana sakral di area candi ini masih bisa Anda rasakan. Sebab masih banyak sesajen yang sengaja digeletakan di tiap sudut bangunan candi. Dengan mengeluarkan uang sebesar Rp 3.000 saja Anda bebas menyelami tiap sudut area candi. Tapi jangan berani nekat datang ke sana di saat siang hari. Anda tak bakal puas jalan-jalan ke semua area candi, sebab kabut cepat turun dan menutupi kawasan candi bersejarah ini. Berbeda dengan kebanyakan candi hindu, candi peninggalan kerajaan majapahit ini tidak menghadap kearah terbit matahari, melainkan kearah barat. Dari segi arsitektur pun tak seperti candi lain yang menyimbolkan gunung semeru, melainkan memiliki puncak piramida terpotong, selain itu terdapat teras bertingkat dengan satu anak tangga di tengah, serta sejumlah monolit dan patung besar yang mengelilinginya.
Candi Sukuh memiliki tiga teras dan setiap teras anda akan disuguhi keunikan yang berbeda. Pada teras pertama merupakan gerbang utama untuk masuk candi kemudian dilanjutkan ke teras ke dua terdapat gapura yang sudah rusak dan tidak utuh lagi. Di samping kanan dan samping kiri gapura tersebut terdapat patung dwarapala yang merupakan patung penjaga gapura tersebut. Berjalan menuju teras ketiga maka anda bisa melihat terdapat pelataran yang lumayan besar tempat Candi Sukuh berada. Teras ke tiga ini merupakan teras terakhir dan yang paling utama.
Saat Anda menaiki anak tangga dalam lorong gapura, akan disuguhi relief yang bisa dibilang cukup erotis dan vulgar terpahat di lantai. Relief ini menggambarkan phallus yang berhadapan dengan vagina. Sebenarnya relief itu bukan vulgar atau porno, tapi relief ini adalah lambang kesuburan, ada filosofi yang terkandung di dalamnya. Relief tersebut sesungguhnya mengandung makna yang mendalam. Relief tersebut sengaja dipahat di lantai pintu masuk dengan maksud agar siapa saja yang melangkahi relief itu segala kotoran yang melekat di badan menjadi sirna sebab sudah terkena suwuk.
Dari cerita nenek moyang juru kunci Candi Sukuh, relief ini untuk tes keperawan calon pengantin. Pengantin laki-laki yang ingin menguji kesetiaan calon istrinya, dia akan meminta kekasihnya melangkahi relief ini. Tanda bahwa calon pengantian masih perawan atau tidak akan terbukti dengan kondisi kain kebaya yang dikenakan saat melangkahi relief. Jika kain kebaya yang dikenakannya robek atau terjatuh, maka dia masih perawan. Tapi sebaliknya, jika kainnya hanya terlepas, sang istri diyakini telah sudah tidak perawan.
Anda tidak diijinkan memberikan komentar. Silahkan login.