CariContactTwitterFacebookYouTube

Pencarian

Kamu di sini Beranda Informasi Tempat Wisata Bali Makam Jayaprana Mengenang Kisah Cinta Mistis yang Melegenda

Makam Jayaprana Mengenang Kisah Cinta Mistis yang Melegenda

Makam Jayaprana Bali
Makam Jayaprana Bali

Tempat Wisata Ziarah Bagi Umat Hindu

Anda pernah mendengar kisah cinta Jayaprana dan Layon Sari yang cukup mengundang perhatian di tatar Bali. Kalau Eropa memiliki roman sedih nan pilu, Romeo dan Juliet, Bali memiliki Jayaprana dan Layon Sari. Makam di tengah hutan belukar daerah Teluk trima, Sumber klampok, Grokgak menjadi saksi bisu kisah cinta tragis I Nyoman Jayaprana dan Ni Nyoman Layonsari. Lokasi makam berada sekitar 70 kilometer dari kota Singaraja, bila ditempuh dari Denpasar melalui Jembrana cukup jauh, yaitu sekitar 160 kilometer. Jika dari Gilimanuk, sangat dekat, mungkin tidak sampai satu jam perjalanan.

Bagi kalangan warga Hindu, Makam Jayaprana tidak asing lagi, karena tempat ini sebagai salah satu objek wisata sejarah di Bali dengan kisah percintaan yang berakhir tragis pasangan Nyoman Jayaprana dan Ni Layonsari. Warga Hindu banyak datang ke sini untuk melakukan ziarah, bahkan tak jarang terlihat wisatawan datang untuk mengetahui lebih dekat mengenai keberadaan makam tersebut. Kisah Jayaprana merupakan kisah pasangan suami-isteri yang dianggap begitu ideal dimasa Kerajaan Wanekeling Kalianget dulu. Namun karena kecantikan Layon Sari, sang Raja yang memerintah ketika itu berniat untuk mempersunting Layon Sari dan berupaya untuk mengenyahkan Jayaprana.

Jayaprana sendiri merupakan seorang yatim piatu yang kemudian dibesarkan oleh penguasa desa Kalianget. Jayaprana akhirnya harus mati oleh muslihat jahat sang Raja yang mengirimnya ke Bali barat laut untuk bertempur melawan bajak laut. Namun setibanya di Teluk Terima, Patih Sunggaling malah membunuh Jayaprana karena memang diutus oleh Raja. Namun, drama melodramatik terjadi ketika Layon Sari menolak ketika akan dinikahi oleh sang Raja. Layon Sari pun memilih untuk mengakhiri hidupnya menyusul sang suami yang sudah di surga. Kisah ini pun lantas menjadi kisah cinta yang begitu dramatik. Kini, Makam Jayaprana sebagai simbol suami yang begitu dicintai dan mencintai istrinya banyak dikunjungi oleh wisatawan. Tak hanya kisah cintanya yang mampu menyedot perhatian banyak orang, posisi makamnya yang indah karena memiliki pemandangan laut yang menawan membuat makam ini semakin melambung. Ketika berkunjung ke Makam Jayaprana, selain bisa mengenang kembali kisah romantis dan kesetiaan sang Layon Sari, juga untuk mematri kembali kisah cinta Anda bersama istri dan orang-orang tersayang tentunya.

Makam Jayaprana ini dibuatkan sebuah pura, berada di atas bukit, menyuguhkan pemandangan laut Teluk Terima, semilir angin yang berhembus antara pohon-pohon tropis membuat tubuh terasa segar, setelah berjalan ratusan meter dari jalan raya. Para pengunjung banyak berdatangan dengan tujuan melakukan persembahyangan pada saat bulan purnama, tilem (bulan mati) dan juga hari-hari besar lainnya seperti saat hari Raya Galungan dan Kuningan. Juga menjadi tujuan wisata tour dengan panorama indah.

Setelah tiba di areal parkir Makam Jayaprana, kita diharuskan meniti anak tangga, jadi bila berniat berkunjung ke sini, pergunakanlah alas kaki yang nyaman. Makam Jayaprana terletak disebuah bukit yang menghadap ke teluk. Dari sana kita bisa melihat pemandangan yang sangat indah di teluk. Apalagi saat senja hari tiba dan matahari mulai terbenam, air laut di teluk akan memancarkan rona biru berbaur dengan garis-garis merah jingga, berkedap-kedip gemerlap diterpa matahari senja. Konon kabarnya garis-garis merah itu disebabkan oleh percikan darah Jayaprana saat di bunuh.

Suasana mistis akan menamani kita sepanjang perjalanan, hutan yang terkesan sangat sunyi dan gersang, seperti hutan dimusim gugur. Beberapa ekor monyet terlihat asik bermain dan beberapa diantaranya melompati ranting-ranting pohon itu. Ada cerita yang beredar bahwa jumlah anak tangga selalu berubah, tergantung pada apa yang kita pikirkan. Bila kita berpikir bahwa perjalanannya jauh, itu akan menambah jumlah anak tangga dan menjadikannya benar-benar jauh. Setelah berjalan kurang lebih sepanjang 1 kilometer, kita akan melihat pintu masuk menuju Pura utama di atas bukit. Setelah melewati pintu masuk tersebut, kita akan menjumpai Pura utama. Untuk melakukan persembahyangan, pemedek akan memasuki sebuah ruangan yang mirip dengan balai desa beratap rendah. Di dalam ruangan tersebut ada sepasang patung laki-laki dan perempuan yang menggambarkan sosok Jayaprana dan istrinya Layonsari. Saat memasuki ruangan, kita harus melepaskan alas kaki dan berjalan sedikit membungkuk untuk menghormati Jayaprana dan Layonsari.

Setelah dari Pura utama, bila ingin ke lokasi makamnya, kita masih harus melanjutkan perjalanan lagi. Melalui sebuah pintu dibelakang Pura Utama, menuruni bukit hingga ke dasar lembah. Sepanjang perjalanan itu ada beberapa Pura. Bangunan kuburan dibuat seperti tempat pemujaan, disamping makam ada patung Jayaprana dan Layonsari, dengan wantilan yang cukup luas, pemandangan juga sangat indah menghadirkan panorama laut. Tempat ini menjadi tujuan acara Tita Yatra oleh umat Hindu, lokasinya berdekatan dan berada dalam satu jalur perjalanan seperti Rambutsiwi, Jayaprana, Pemuteran, Pulaki dan Melanting.

Berkunjung ke Makam Jayaprana, anda bisa mengenang bagaimana kesetiaan seorang istri seperti Layonsari, rela mesatya dan ikut mati bersama karena cinta, sebuah kesetiaan yang luar biasa. Namun juga ada mitos yang berkembang sampai sekarang, pasangan pengantin pantang untuk melewati sepanjang jalan di depan Makam Jayaprana ini, atau kalau harus melewati tempat ini pasangan tersebut diusahakan berada pada mobil yang berbeda, agar mereka tidak merasa iri, karena pasangan mereka tidak dipersatukan di dunia, seperti pasangan pengantin yang melintasi kawasan tersebut. Selamat Berkunjung.

Sudah dibaca 16619 kali

Komentar

  • Tidak ada komentar untuk artikel ini.
 
Mohon tunggu...

Anda tidak diijinkan memberikan komentar. Silahkan login.

Login

RSS/Atom - Social Networks

Open Search

Calendar