Dalam Dua Jam Saja Cilok Ini Habis Terjual
Siapa yang tak kenal dengan Cilok? Jajanan berbentuk bulat dari tepung tapioka yang diolah sedemikian rupa hingga berbentuk bulat kenyal dengan cara makan dicolok. Dari situlah aci yang dicolok ini kemudian disebut Cilok. Meskipun berasal dari Jawa Barat Cilok sudah menjadi jajanan khas Indonesia yang juga banyak dijumpai di Yogyakarta. Di kota pelajar ini, mulai dari sekolah, pusat keramaian, Anda dapat menemukan orang yang berjualan Cilok. Salah satu yang paling terkenal adalah Cilok Gajahan yang biasa berjualan di Alun-Alun Selatan. Di depan bekas kandang gajah milik Keraton Yogyakarta.
Biasanya lapak Cilok dibuka pukul 14.00 WIB. Saking ramainya, hanya butuh waktu dua jam bagi Cilok ini untuk habis terjual. Adalah Syahrul, bapak dua anak yang sejak delapan tahun terakhir berjualan Cilok itu. Sebelumnya dia berjualan keliling dari sekolah ke sekolah hingga sejak lima tahun terakhir berjualan di lokasi yang sekarang. Awal berjualan, Syahrul hanya menghabiskan sekitar 2 kilogram tepung tapioka. Saat ini, paling tidak dalam sehari, 30 kilogram tepung tapioka diolahnya menjadi Cilok.
Menjaga kualitas rasa adalah hal yang membuat orang rela antre panjang untuk mendapatkan Cilok Gajahan, meskipun di Alun-Alun Selatan juga banyak yang berjualan makanan sejenis. Syahrul menjelaskan, selain tepung tapioka, bahan-bahan lain yang digunakan untuk membuat Cilok adalah tepung terigu; serta beberapa bumbu rempah, seperti bawang merah dan bawang putih. Selain itu, ada juga daging sapi yang menjadi isi Cilok. Karena produksinya sudah besar, proses mengaduk semua bahan baku saat ini sudah menggunakan mesin.
Tepung tapioka, tepung terigu, dan bumbu-bumbu diaduk menggunakan mesin dengan tambahan air panas. Setelah semua bahan tercampur, adonan kemudian dibentuk bulat-bulat dan di dalamnya diberi potongan daging sapi. Cilok yang sudah dibentuk langsung direbus selama lebih kurang 5 menit, kemudian diangkat dan ditiriskan. Cilok-cilok tersebut akan dikukus lagi sebelum dijual kepada para pelanggan. Yang juga membuat Cilok Gajahan spesial adalah racikan sambalnya. Menurut Syahrul, untuk membuat sambal yang mantap, dia hanya menggunakan cabai rawit segar, bawang merah, bawang putih, dan beberapa bumbu lainnya.
Dalam sehari, paling tidak empat kilogram cabai rawit habis untuk membuat sambal. Saat Cilok yang satu ini dicicipi, rasanya yang gurih sangat pas dengan sambalnya yang segar dan pedasnya menyambar. Tak heran, siapa pun akan rela antre untuk mendapatkannya. Selain sambal, Cilok ini juga disajikan dengan kecap. Cilok ini dihargai Rp1.000 per empat bijinya. Namun, biasanya pembeli minimal Rp2.000 untuk delapan bijinya. Hasil jerih payah Syahrul akhirnya kini berbuah manis, dengan larisnya Cilok Gajahan dalam sehari dia mampu menghasilkan omzet hingga Rp 1,5 juta. Selain di Alun-Alun Selatan, Cilok ini juga dijual oleh sang istri di rumah mereka yang berada di Kampung Kadipaten Kulon KP 1, Nomor 270, RT 16/RW O2, Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Keraton, Kota Yogyakarta.