Cagar Alam yang Menyimpan Flora dan Fauna Langka
Danau Dendam Tak Sudah atau sering disingkat DDTS, merupakan salah satu objek wisata primadona Bengkulu yang belum terjamah promosi. Danau dengan luas 577 hektare (Ha) dan luas permukaan danau sekitar 67 Ha ini terletak di Kelurahan Dusun Besar Kecamatan Singaran Pati Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu. Danau Dendam Tak Sudah (DDTS) Bengkulu ini memang belum setenar danau-danau besar Indonesia lainnya. Seperti Danau Toba di Sumatera Utara, Danau Maninjau dan Danau Singkarang di Sumatera Barat juga Danau Ranau di Lampung. Namun DDTS Bengkulu memiliki kisah legenda tersendiri, seperti halnya legenda Danau Toba dengan Samosir.
Sejarah Singkat Menurut cerita dari beberapa sumber informasi yang ada, cerita legenda dari Danau Dendam Tak Sudah ini terbagi menjadi beberapa versi, entah cerita mana yang paling tepat. Kisah pertama merupakan legenda percintaan. Konon, ada sepasang kekasih yang cintanya tidak direstui orang tua. Mereka yang tengah mabuk asmara memutuskan bunuh diri dengan loncat ke danau. Sejak saat itu, masyarakat Bengkulu percaya ada dua ekor lintah raksasa yang hidup di danau dan merupakan jelmaan sepasang kekasih tersebut. Mereka terus hidup dengan menyimpan rasa dendam.
Nah, ada versi yang lain mengatakan bahwa si pemuda telah jodohkan dengan anak gadis seorang kepala desa dari desa tetangga yang memang sangat cantik, dan ternyata si pemuda juga jatuh hati kepada gadis yang menjadi tunangannya tersebut. Hal itulah yang membuat si gadis tadi kecewa dan sakit hati kepada sang pemuda. Dihari pernikahan sang pemuda dan tunangannya tersebut, sang gadis yang terluka hatinya tadi menangis tiada henti, lalu keanehanpun terjadi, air mata sang gadis mengalir terus menerus dengan derasnya hingga menenggelamkan desanya, semua penduduk kampung bahkan gadis itu sendiripun tenggelam dalam genangan air matanya sendiri, dan itulah asal muasal terbentuknya Danau Dendam Tak Sudah ini.
Kisah lain berlatar sejarah di mana Belanda yang saat itu menduduki Indonesia memutuskan membuat dam di danau tersebut. Tujuannya agar air danau tidak mudah meluap untuk mempermudah pembangunan jalan di sekitar danau. Akan tetapi, pada praktiknya, pembangunan dam terhenti atau tidak pernah selesai. Mereka menyebutnya dengan ‘Dam Tak Sudah’. Entah bagaimana awalnya ‘Dam Tak Sudah’ kini berubah menjadi ‘Dendam Tak Sudah’.
Konon juga Suku Lembak mengisahkan Buaya putih sebagai penunggu DDTS. Menurut cerita buaya dari DDTS dulunya bertarung melawan buaya asal Lampung, Provinsi Lampung di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan. Dalam pertarungan tersebut, buaya Danau Dendam Tak Sudah berhasil mengalahkan buaya asal Lampung. Hanya saja, dalam pertarungan itu, buaya DDTS kehilangan ekor. Konon pada saat itu, buaya buntung DDTS bersumpah pada buaya asal Lampung, dengan kutukan, “Kalau main ke DDTS tidak akan dikasih makan”. Konon sejak adanya dendam buaya tersebut, maka danau disebut warga setempat menyebutnya dengan ‘Danau Dendam Tak Sudah’.
Selain kisah Buaya Putih Penunggu danau, di pintu masuk DDTS juga terdapat pintu Air atau Keramat Sapu Jagat. Konon pintu ini dipercayai sebagai pintu penghubung ke dunia lain, dan saat kembali dari dunia lain tersebut, orang tersebut bisa saja keluar dari pintu lain di daerah berbeda yang bukan DDTS. Dan lagi, jika ada orang yang tenggelam saat mandi di DDTS, orang terdahulu juga menyebutkan jika ingin cepat ditemukan, maka meminta petunjuk dengan Allah melalui Keramat Sapu Jagat agar memberikan petunjuk atas keberadaan jasad orang yang tenggelam di dalam DDTS.
Disamping cerita mistis yang masyarakat sekitar percayai, DDTS sampai saat ini masih menjadi objek wisata yang banyak di kunjungi. Air danau yang tenang dipenuhi pantulan warna hijau dari hutan DDTS memberikan pemandangan yang menyejukkan mata. Saat pagi tiba, pemandangan matahari terbit menjadi incaran. Seolah air danau menyimpan cahaya matahari, sedikit demi sedikit cahaya keluar dan mekar sempurna dari permukaan DDTS menuju langit pagi yang kebiruan. Danau Dendam Tak Sudah merupakan kawasan cagar alam karena dikelilingi bukit-bukit hijau yang menyimpang banyak potensi ekologi dan keseimbangan ekosistem.
Karena lingkungannya yang masih sangat asri, tak mengherankan bila Danau Dendam Tak Sudah menjadi habitat flora dan fauna langka. Tumbuhan endemik langka seperti anggrek matahari, nipah, plawi, pulai, bakung, gelam, terentang, sikeduduk, brosong, ambacang rawa, dan pakis, tumbuh subur di sana. Ada pula beberapa jenis ikan langka yang berasal dari famili Anabantidae, Bagridae, dan Cyprinidae. Hadirnya hewan-hewan seperti lutung atau kera ekor panjang, burung kutilang, babi hutan, siamang, dan ular phyton yang hidup di sekitar danau, juga menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan. Anda juga bisa melihat beberapa jenis ikan-ikan langka yang di lindungi disini, contohnya saja seperti ikan dari famili Anabantidae ( Trichogaster trihopterus ), lalu ada juga yang berasal dari famili Bagridae ( Mystus sp ), dan ikan dari famili Cyprinidae ( Mystacoleucus marginatus ) dan ( Rasbora sumatranus ).
Cagar alam Danau Dendam Tak Sudah ini, selain di bangun untuk alternatif tempat rekreasi bagi masyarakat, pemerintah daerah kota Bengkulu sangat mengharapkan agar Danau ini bisa menjadi sebuah kawasan konservasi bagi beberapa keanekaragaman hayati yang di lestarikan disana, selain itu Danau Dendam Tak Sudah ini juga dimanfaatkan sebagai sumber air yang digunakan untuk keperluan irigasi dan sebagai daerah cadangan air bagi kelangsungan ekosistem di Kota Bengkulu.