CariContactTwitterFacebookYouTube

Pencarian

Kamu di sini Beranda Wisata Kuliner Kuliner Bali Laklak Men Gabrug Kuliner Istimewa Khas Bali

Laklak Men Gabrug Kuliner Istimewa Khas Bali

Laklak Men Gabruk Khas Bali
Laklak Men Gabruk Khas Bali

Kue Tradisional yang Dikemas Modern

Siapa yang tidak tahu jajanan tradisional yang satu ini. Jajanan ini mudah ditemui di pasar tradisional, selain dibuat untuk upacara juga untuk teman minum kopi sehari-hari. Laklak. Namanya terdengar nyentrik, tetapi memang begitulah penyebutan istilah jajanan ini oleh masyarakat Bali. Adalah Ni Made Sutrisni, pemilik Laklak “Ne Men Gabrug” yang berhasil mengemas jajanan tradisional ini secara modern. Laklak Men Gabrug berada di Jl. Drupadi, Denpasar, Bali.

Sutrisni pun langsung menepis image jajanan tradisional yang kurang menarik dan terkesan kotor. Perjalanan usaha ini pertama kali saat PKB (Pesta Kesenian Bali) tahun 2012, yang kemudian dilanjutkan juga di PKB 2013. Ternyata dari dua kali mengikuti PKB, respons positif terhadap Laklak “Ne Men Gabrug” mulai dirasa. Sutrisni yang mengaku terlibat di PKB lantaran minimnya stan-stan jajanan tradisional. Setelah mengikuti PKB 2013, ia dan suami lantas membuka warung jajanan tradisional itu di Jalan Nusa Indah, Denpasar.

Penganan Laklak Men Gabrug sangat berbeda dengan penganan yang lainya yang dijual di PKB, karena Laklak Men Gabrug langsung membuat di lapaknya sehingga Laklak Men Gabrug disebut laklak fresh from the oven. Ternyata jajanan tradisonal Bali ini mendapat respon yang sangat banyak dari para pengunjung PKB, ini terbukti dari banyaknya pembeli yang sampai mengatre untuk dapat menikmatinya. Laklak Men Gabrug mendapat lokasi yang sangat strategis berada di depan gedung Ksirarnawa Art Center Denpasar, sehingga setiap pengunjung PKB pasti dapat melihat dan tertarik untuk mencoba Laklak Men Gabrug.

Sutrisni pun menggandeng saudaranya yang juga penjual jajanan tradisional di pasar Singaraja. Kini, ia telah memiliki banyak pelanggan, tidak hanya dari Denpasar tetapi juga Ubud, Jimbaran, Dalung, dan Kuta. Dalam sehari, Sutrisni bisa menghabiskan 22 hingga 30 kg adonan laklak, terutama pada akhir pekan. Beberapa waktu lalu ia bahkan mendapat pesanan Laklak hingga 1.000 bungkus.

Laklak hampir sama dengan surabi dari segi penampakan hanya berbeda ukuran, selain itu serabi memakai santan sedangkan Laklak tidak. Ada beberapa hal yang membuat rasa Laklak menjadi istimewa dan enak, salah satunya adalah tepung yang digunakan. Untuk membuat Laklak yang enak diperlukan tepung beras yang fresh/baru digiling dan setelah itu dipanggang diatas tungku.

Tidak ada resep istimewa untuk membuat Laklak, Bahan adoanan dari jajanan Laklak antara lain tepung beras, santan,garam, air daun suji dan air daun pandan sebagai pewarna alami. Laklak dibuat langsung dengan mengunakan tungku tradisional dari batu bata dengan bahan bakar menggunakan kayu kopi, dan cetakan loyang menggunakan cetakan yang berbahan dari tanah liat. Ini memengaruhi cita rasa Laklak dan aromanya. Selain itu polusi udara juga dapat diminimalisir dengan pemakaian kayu ini, sehingga orang yang manggang serta pengunjung tidak terganggu dengan asap dari pemanggangan Laklak.

Setelah matang diatasnya ditaburi parutan kelapa dan gula aren yang sudah direbus dengan sedikit air. Menurut Sutrisni, membuat Laklak itu susah-susah gampang karena perlu ketelatenan untuk menghasilkan Laklak yang bagus baik dari segi tekstur dan tingkat kematangan.  Bila tidak telaten, maka Laklak akan bantat (tidak mau mekar) atau tidak matang sempurna.

Laklak Men Gabrug dijual per porsinya seharga Rp. 5.000 berisi 5 biji Laklak. Pengunjung yang menikmati Laklak yang baru matang dari pemanggangan menjadi ciri khas dari warung ini. Bahkan pengunjung rela mengantri agar mendapatkan Laklak yang baru fresh baru saja matang. Jajanan Laklak Men Gabrug tidak hanya dapat anda temui di saat berlangsungnya pesta kesenian Bali saja. Penganan yang satu ini sudah buka cabang di Jalan Nusa Indah No.69 Denpasar.

Sudah dibaca 4993 kali

Komentar

  • Tidak ada komentar untuk artikel ini.
 
Mohon tunggu...

Anda tidak diijinkan memberikan komentar. Silahkan login.

Login

RSS/Atom - Social Networks

Open Search

Calendar