CariContactTwitterFacebookYouTube

Pencarian

Kamu di sini Beranda Wisata Kuliner Kuliner Bali Kampoeng Kepiting Kuliner Ekowisata Lezat

Kampoeng Kepiting Kuliner Ekowisata Lezat

Kampoeng Kepiting Bali
Kampoeng Kepiting Bali

Menu Kepiting dengan Bumbu Rahasia

Tangkap kepiting dari keramba. Ikat, lalu bawa ke kokinya, atau Anda bisa masak sendiri di dapurnya. Sambil menunggu matang, Anda bisa naik perahu nelayan berkeliling hutan bakau. Pengalaman itu bisa didapatkan di Ekowista Kampoeng Kepiting, Jalan I Gusti Ngurah Rai, Tuban, Kabupaten Badung, Bali. Kampoeng Kepiting adalah kawasan ekowisata yang didirikan oleh Kelompok Nelayan Wanasarai, Denpasar. Mereka awalnya adalah nelayan tangkap kepiting yang hidupnya pas-pasan. Sangat tergantung dari jumlah kepiting yang berhasil mereka tangkap di alam liar. Kini, setelah mendirikan ekowisata, kehidupan mereka bisa lebih baik.

Tak hanya sebatas menikmati kuliner saja. Sambil duduk-duduk santai di balai-balai bambu, Anda juga bisa melihat-lihat pemandangan jalan di atas perairan, kapal-kapal nelayan, hijaunya pohon bakau, dan langit biru. Ekowisata Kampoeng Kepiting terletak sebelum pintu tol menuju ke Nusa Dua, atau sebelum putaran menuju Bandara Internasional Ngurah Rai. Arahnya sebelah kiri atau utara jalan. Rumah makan di Kampoeng Kepiting tersebut terdiri dari beberapa gazebo untuk melayani pembeli. Beberapa menu seafood juga dijajakan di situ. Sungguh nikmat menyantap hidangan sea food di sana.

Sembari makan, Anda bisa menikmati rindangnya pepohonan bakau. Bisa melihat jalan tol Bali yang menuju ke laut. Tol di Bali itu disebut-sebut sebagai jalan tol terindah di dunia. Selain itu, Anda bisa mengamati berbagai pesawat terbang yang baru take off dari landasan pacu Bandara Ngurah Rai. Posisinya memang berada pada pantai timur ujung landasan pacu Bandara Ngurah Rai Menu-menu yang disajikan beragam masakan kepiting. Kepiting Goyang Tol menjadi menu favorit para pelanggan. Resep dan rasa mungkin mirip dengan kepiting buatan restoran. Hanya saja, bumbunya tak hanya rempah-rempah, tetapi juga ada cita rasa dari buah bakau pidada (Sonneratia caseolaris). Itu nilai tambah dari lezatnya santapan hewan bakau bercapit ini.

Anda bisa memilih sendiri kepiting yang akan dimasak. Petugas kuliner akan mengantarkan Anda ke keramba-keramba yang siap panen. Anda akan dipandu cara memancing, mengikat kepiting oleh petugas. Tampaknya memang mudah dipraktikkan. Anda bisa saja mencoba mengikat sendiri kepiting tangkapannya, tetapi perlu berhati-hati terkena capitnya yang tajam. Rata-rata berat kepiting bakau ini berkisar 800 gram. Badan atau cangkangnya selebar telapak tangan orang dewasa dengan jari direntangkan. Sajian setiap piringnya bisa satu ekor atau dua ekor kepiting. Tentu saja sepiring bisa disantap untuk dua orang. Dapurnya pun terbuka dan siapa saja bisa melihat sang koki memasak.

Rumah makan ini muncul dari kegigihan para nelayan Tuban yang membentuk kelompok bernama Wanasari di tahun 2009. Tangkapan ikan terus menurun menjadi keresahan nelayan Tuban. Namun, mereka tak ingin berdiam diri karena hidup terus berjalan. Ketua Kelompok Nelayan Wanasari I Made Sumasa (49) mengatakan, ia terus memotivasi teman-temannya untuk bersama-sama mencari solusi agar tetap bertahan. Kepiting menjadi pilihan mereka untuk dibudidayakan. Kepiting pun mereka biakkan dari bibit hingga penggemukan. Pada tahun 2010, mereka berkenalan dengan tim community social responsibility dari Depo Ngurah Rai Pertamina. Mereka mendapatkan pembinaan dan bantuan dana.

Soal resep, Sumasa pun berani menjamin nikmatnya. Alasannya, ia menggunakan resep-resep warisan orang tua-orang tua mereka yang sudah terlebih dahulu memanfaatkan hasil dari hutan bakau ini. Istri Sumasa, Kadek Surasmini (36), merupakan koki utama resto apung itu. Ini sekaligus memicu semangat kaum ibu agar juga bisa berpartisipasi di dalamnya. Rata-rata perhari resto Kampoeng Kepiting membutuhkan 25 kg kepiting atau sekitar 75 ekor perhari. Omset dari divisi kuliner resto di sana lebih Rp 350 juta perbulan.

Para ibu nelayan pun tak sebatas sibuk mengolah menu-menu kepiting, tetapi juga mengutak-atik penganan ringan seperti permen, biskuit, dan sirup. Bahan bakunya tentu seluruh buah yang berasal dari bakau, terutama pidada. Setiap pengunjung, bisa menikmati menyusuri keindahan perairan di sekitar jalan tol dengan menyewa kanao atau perahu yang dipandu nelayan. Bagi Anda yang mau menyewa perahu yang mengangkut sekira 6 penumpang cukup merogoh kocek Rp300 ribu selama tiga jam keliling laut. Untuk anak-anak atau mereka yang ingin lebih mengenal dari dekat hewan khas yang hanya tumbuh di kawasan itu, bisa berpetualang nyebur ke perairan tempat habitat kepiting.

Sudah dibaca 10440 kali

Komentar

  • Tidak ada komentar untuk artikel ini.
 
Mohon tunggu...

Anda tidak diijinkan memberikan komentar. Silahkan login.

Login

RSS/Atom - Social Networks

Open Search

Calendar