Rasanya Legit dan Tahan Lama
Saat anda liburan ke Jakarta pasti ada saja yang pesan oleh-oleh. Terkadang anda juga bingung apa yang akan dibawa sebagai oleh-oleh dari Jakarta. Di Jakarta sendiri untuk makanan yang khas ada Dodol Betawi. Bisa juga untuk oleh-oleh karena makanan ini sangat awet disimpan lama.
Daerah yang sangat terkenal untuk pembuatan Dodol Betawi asli adalah daerah sekitar Condet dan Rawajati Timur, disana banyak di produksi dodol tersebut di rumah-rumah penduduk.
Dodol khas Betawi ini hanya ada pada saat event-event tertentu saja seperti hajatan, dan lebaran (Idul Fitri). Pembuatannya pun biasanya dengan bergotong royong sama keluarga dengan modal patungan. Namun, saat ini kuliner khas Betawi tersebut sudah dapat dinikmati disetiap saat. Sebab, Mpo Masitoh atau lebih dikenal dengan panggilan Mpo Hj Mamas membuat Dodol Betawi ini tiap hari dan sesuai dengan pesanan. Warungnya di Jalan Batu Ampar I RT 13 RW 04 Condet, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Dodol Betawi secara tampilannya memang bagi sebagian orang kurang menarik. Dodol Betawi adalah jenis dodol khas suku Betawi. Dodol Betawi berwarna hitam kecoklatan namun rasanya manis dengan variasi rasa yang lebih sedikit daripada dodol dari daerah lain yaitu rasa ketan putih, ketan hitam, dan rasa durian. Karena proses pembuatan Dodol Betawi tidak mudah, maka warga menerapkan prinsip saling membantu (sambatan) agar dodol dapat tercipta dengan benar. Bahan-bahan yang digunakan adalah ketan, gula merah, gula pasir dan santan kelapa tua. Bahan-bahan yang bagus akan membuat dodol legit dan tahan lama.
Pertama-tama wanita menyiapkan bahan-bahan, memarut kelapa yang sudah dikupas oleh pria untuk mendapatkan santan, menumbuk beras ketan untuk membuat tepung kemudian menuangkan semua campuran bahan ke atas kawa (penggorengan besar). Ketika dodol mulai kental, barulah digantikan oleh pria (tukang ngaduk). Proses mengaduk membutuhkan waktu yang lama, antara 8-12 jam tanpa henti dengan menggunakan pengaduk (gelo). Bahan bakar untuk memasak dodol adalah kayu bakar yang harus dijaga agar tidak terlalu panas dan mengeluarkan asap. Api yang terlalu besar akan membuat dodol gosong dan masak tidak rata. Asap dapat menyerap dalam dodol dan membuat rasanya tidak enak. Dodol yang sudah masak dituang di nampan atau tampah untuk didinginkan.
Usaha pembuatan dan pengolahan dodol telah dimulai Hj. Mamas sejak tahun 1975 yang dipelajarinya dari ibu mertuanya yang juga pembuat dodol. Berbekal modal seadanya dan dukungan dari suami, ia memberanikan diri membuka usaha sendiri.
Hj Mamas, pemilik dapur Dodol Betawi mengatakan, selama ramadhan, omset penjualan Dodol Betawi miliknya meningkat tajam. Jika hari biasa ia hanya memproduksi tiga loyang berukuran besar, maka saat ramadhan bisa memproduksi hingga 35 loyang. Menurut Hj Mamas, pelanggannya bukan hanya di Jakarta namun juga sampai ke Cilandak, bahkan sampai Bandung. Pernah pula ada yang membeli banyak dan dibawa ke Saudi Arabia.
Pada waktu-waktu tertentu, Hj Mamas mampu memproduksi 100 kuali dodol per hari dengan tiga varian rasa, yaitu dodol duren yang dipasarkan dengan harga Rp 70 ribu per kantong, dodol ketan item Rp 70 ribu per kantong, dan dodol original dengan harga Rp 60 ribu per kantong. Harga setengah kilo dodol Rp 8.000,- dan Rp 10.000,- untuk yang berasa durian. Jika membeli satu kuali, harga Rp 500.000,-.