CariContactTwitterFacebookYouTube

Pencarian

Kamu di sini Beranda Informasi Tempat Wisata Sulawesi Tenggara Togo Motonu Perkampungan yang Tenggelam Menjadi Danau di Sulawesi Tenggara

Togo Motonu Perkampungan yang Tenggelam Menjadi Danau di Sulawesi Tenggara

Danau Togo Motonu Sulawesi Tenggara
Danau Togo Motonu Sulawesi Tenggara

Jejeran Pohon Tinggi di Kawasan Hutan Menambah Indah Danau

Togo Motonu berasal dari bahasa Buton. Togo artinya 'kampung' dan Tono artinya 'tenggelam'. Togo Motonu merupakan perkampungan yang terletak di dalam hutan di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, yang saat ini tenggelam dan menjadi sebuah danau. Menurut sebuah Legenda kampung tersebut tenggelam karena pernikahan sedarah.

Menurut legenda setempat yang dipaparkan oleh Alimudin, pria yang merupakan warga asli Buton ini menyebutkan bahwa di desa tersebut dahulu kala hiduplah sebuah keluarga. Namun anak-anak mereka melakukan kesalahan fatal yang melanggar hukum adat. Saudara kandung tersebut menikah, sementara menurut adat saat itu tidak diperbolehkan saudara sedarah untuk menikah. Setelah pernikahan berlangsung, kampung tersebut terus-menerus dibasahi hujan tanpa sebab. Hujan yang turun selama tujuh hari tanpa henti ini membuat kampung tersebut tenggelam dan menyisakan danau di hutan. Danau tersebut diberi nama Togo Motonu yang berarti kampung yang tenggelam.

Hingga saat ini, Togo Motonu menjadi salah satu destinasi wisata Kabupaten Buton. Menurut warga sekitar, danau ini tidak pernah surut meski sedang musim kemarau. Hamparan pepohonan yang masih asri menambah indah danau ini. Togo Motonu juga dikelilingi perbukitan yang memagarinya sejauh mata memandang. Udara yang masih segar dan jejeran pohon tinggi di kawasan hutan produksi ini menambah indah kawasan danau yang terbilang masih perawan.

Ke depan, Pemerintahan Kabupaten Buton berencana mengembangkan destinasi wisata ini. Salah satunya dengan mendirikan home stay dan sarana wisata serta memperbaiki akses ke danau legenda untuk memenuhi rumus 3A yang dianjurkan Menteri Pariwisata Arief Yahya, yaitu Atraksi, Amenitas atau sarana dan prasarana, dan Aksesibilitas. Akses menuju danau di tengah hutan ini memang masih sulit. Dibutuhkan kendaraan pribadi dan perjalanan berkisar satu setengah jam dari Kota Baubau. Namun, pemandangan indah yang Anda dapatkan cukup untuk membayarnya.

Sudah dibaca 1979 kali

Komentar

  • Tidak ada komentar untuk artikel ini.
 
Mohon tunggu...

Anda tidak diijinkan memberikan komentar. Silahkan login.

Login

RSS/Atom - Social Networks

Open Search

Calendar