Pemandangan Kota Bau-Bau yang Jelas Dari Ketinggian
Belum banyak masyarakat yang mengetahui bahwa Benteng Keraton Buton merupakan benteng terluas dan terunik di dunia. Benteng yang berada di Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara ini mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) dan Guiness Book Record pada September 2006 sebagai benteng terluas di dunia yaitu 23.375 hektar. luas benteng ini melingkupi satu wilayah kelurahan yaitu Kelurahan Melai yang juga tercatat sebagai salah satu kawasan terpadat di kota ini. Dengan panjang tiga kilometer, tinggi empat meter dan lebar dua meter, benteng ini mengelilingi perkampungan adat asli Buton dengan rumah-rumah tua yang tetap terpelihara.
Benteng Keraton Buton adalah bekas peninggalan Kesultanan Wolio/Buton dan biasa disebut dengan Benteng Keraton Wolio. Benteng Buton berada di Pulau Buton (Kota Bau-Bau) secara geografis merupakan kawasan timur jazirah tenggara pulau Celebes/Sulawesi. Benteng Keraton Buton yang aslinya disebut Keraton Wolio dibangun pada masa pemerintahan Sultan Buton VI (1632-1645), bernama Gafurul Wadudu. Benteng ini berbentuk huruf dhal dalam alpabet Arab yang diambil dari huruf terakhir nama Nabi Muhammad SAW.
Benteng ini merupakan bekas ibukota Kesultanan Buton. Benteng Keraton Buton dibangun pada abad ke-16 oleh Sultan Buton III bernama La Sangaji yang bergelar Sultan Kaimuddin (1591-1596). Awal mulanya, benteng ini hanya dibangun dalam bentuk tumpukan batu yang disusun mengelilingi komplek istana dengan tujuan untuk mambuat pagar pembatas antara komplek istana dengan perkampungan masyarakat dan sebagai benteng pertahanan. Pada masa pemerintahan Sultan Buton IV yang bernama La Elangi atau Sultan Dayanu Ikhsanuddin, benteng yang berupa tumpukan batu tersebut dijadikan bangunan permanen.
Memiliki 12 pintu gerbang yang disebut lawa dan 16 emplasemen meriam atau baluara, benteng ini terletak di puncak bukit yang cukup tinggi dengan lereng terjal. Benteng ini juga diklaim sebagai bangunan terunik di dunia. Pasalnya, Benteng Keraton Buton tersusun dari batu-batu gunung dengan menggunakan perekat berupa adonan kapur dicampur cairan putih telur. Umumnya, benteng dibangun menggunakan perekat berupa pasir dicampur semen. Selain itu, nilai artistik bangunan dan lingkungan Benteng tetap dipelihara. Dari tepi benteng yang sampai saat ini masih berdiri kokoh anda dapat menikmati pemandangan kota Bau-Bau dan hilir mudik kapal di selat Buton dengan jelas dari ketinggian, suatu pemandangan yang cukup menakjukkan. Selain itu, di dalam kawasan benteng dapat dijumpai berbagai peninggalan sejarah Kesultanan Buton.
Bila berkunjung di tempat ini, pertama anda akan melihat disisi kanan pintu gerbang benteng itu adalah Masjid Agung Wolio yang memiliki nama lain Masjid Al Muqarrabin Syafyi Shaful Mu’min. Masjid yang sudah berumur 300 tahun ini masih aktif digunakan hingga kini, terutama saat Salat Jumat. Di depan masjid, juga ada aula kesultanan yang biasa digunakan untuk kegiatan kesultanan. Di depan masjid, terdapat tiang bendera dengan tinggi 33 meter dan berusia kurang lebih 400 tahun. Tidak jauh dari mesjid agung ini anda dapat menginjakkan kaki ke malige (mahligai Kesultanan Buton) yang berdiri anggun di pertengahan kota Baubau. Rumah adat itu asli buah tangan arsitektur tradisional Buton, yang merupakan panggung berjenjang dan bertingkat tanpa menggunakan pasak sebagai perangkainya.
Banyak objek menarik yang bisa anda lihat di dalam benteng Keraton Wolio itu. Seperti batu Wolio, batu popaua, masjid agung, makam Sultan Murhum (Sultan Buton pertama), Istana Badia, dan meriam-meriam kuno. Batu Wolio adalah sebuah batu biasa berwarna gelap. Besarnya kurang lebih sama dengan seekor lembu sedang duduk berkubang. Konon, di sekitar batu inilah rakyat setempat menemukan seorang putri jelita bernama Wakaa-Kaa yang dikatakan berasal dari Tiongkok.
Bila anda menjelajahi lebih jauh kedalam keraton ini, Di salah sebuah kamar Kamali (istana) Badia, masih di kompleks keraton, terdapat meriam bermoncong naga. Meriam bersimbol naga tersebut dibawa leluhurnya Wakaa-kaa dari Tiongkok sekitar 700 tahun silam. Meriam itu masih memiliki peluru dan masih bisa diledakkan. ada Kamali Badia yang seperti tidak lebih dari rumah konstruksi kayu khas Buton sebagaimana rumah anjungan Sultra di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta. Sesuai tradisi, rumah atau istana Kesultanan Buton harus dibuat keluarga sultan dengan biaya sendiri.
Luas seluruh kompleks keraton yang dikitari benteng meliputi 401.911 meter persegi. Area yang demikian luas itu mengalahkan benteng terluas di dunia sebelumnya yang berada di Denmark. Karena letaknya pada puncak bukit yang cukup tinggi dengan lereng yang cukup terjal memungkinkan tempat ini sebagai tempat pertahanan terbaik di zamannya. Pada masa kejayaan pemerintahan Kesultanan Buton, keberadan Benteng Keraton Buton memberi pengaruh besar terhadap eksistensi Kerajaan. Dalam kurun waktu lebih dari empat abad, Kesultanan Buton bisa bertahan dan terhindar dari ancaman musuh.
Ada showroom di Dewan Kerajinan Nasional Sultra yang berada di depan lorong Transito atau ke toko Souvenir Bravo di depan Hotel Imperial Wua-Wua yang dapat Anda temui seperti tenunan khas Buton dan kerajinan perak. Ada sekira 100 jenis kain tenunan khas Buton yang tercipta dari tangan-tangan terampil masyarakat Buton. Dan bila anda ingin menginap anda bisa ke kota bau-bau yang menyediaakan beberapa penginapan. Dari Makassar ke Kota Baubau dan untuk menuju ke kota ini anda bisa naik Pesawat Express Air yang beroperasi 2 kali sehari atau Pesawat Wings Air yang beroperasi tiap hari, atau anda bisa juga naik kapal PELNI yang beroperasi 28 kali sebulan dan kapal cepat 2 kali sehari dengan rute Bau-Bau – Raha – Kendari.
Anda tidak diijinkan memberikan komentar. Silahkan login.