CariContactTwitterFacebookYouTube

Pencarian

Kamu di sini Beranda Informasi Tempat Wisata Sulawesi Selatan Tana Toraja yang Penuh Keeksotisan di Sulawesi Selatan

Tana Toraja yang Penuh Keeksotisan di Sulawesi Selatan

Tana Toraja Sulawesi Selatan
Tana Toraja Sulawesi Selatan

Pemandangan Alam di Tana Toraja Akan Membuat Anda Terhipnotis

Indonesia memiliki banyak sekali wisata yang menjadi daya tarik dunia, salah satuna wisata di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Tana Toraja yang kini masih ditinggali oleh suku asli Toraja tetap mempertahankan ciri khas aslinya. Destinasi ini memang sangat menarik untuk dikunjungi, budayanya yang masih kental membuat magnet tersendiri bagi para wisatawan baik itu yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Obyek wisata Tana Toraja merupakan perpaduan antara wisata budaya, alam dan sejarah.

Karena kekayaan budayanya tersebut, maka pada tahun 2004 silam UNESCO memasukkan Tana Toraja dalam daftar sementara warisan budaya dunia. Kawasan Tana Toraja juga dikenal memiliki panorama alam yang masih terjaga keasriannya sebab hijau dan tanahnya subur makmur. Berbagai jenis tanaman dan pepohonan bisa dijumpai disini dan tumbuh menjulang dengan sangat suburnya. Tak heran jika sepanjang kawasan Tana Toraja pengunjung atau wisatawan akan mendapatkan suguhan pemandangan khas alam.

Masyarakat Tana Toraja sendiri banyak menggelar upacara adat yang didalamnya menyuguhkan berbagai tarian serta atraksi yang sangat menarik, dan bagi Anda pencinta seni pastinya tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Selain itu disini juga terdapat rumah adat yang sangat unik yang hanya ada di Tana Toraja. Memang bagi Anda yang baru mengunjungi Tana Toraja kesan mistis sangat terasa, tetapi dibalik itu semua pemandangan alam yang ada di Tana Toraja akan membuat Anda terhipnotis dan ingin berlama-lama menikmatinya. Menurut cerita legenda yang menyebar di masyarakat suku Toraja, leluhur dari suku toraja sendiri berasal dari manusia yang turun dari nirwana dengan menggunakan tangga dari langit menuju bumi. oleh karena itu mereka percaya bahwa tangga tersebut bisa berfungsi untuk media pendekatan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa ( Puang Matua ).

Selain menawarkan sajian adat dan kebudayaan, wisatawan yang berkunjung tidak hanya menikmati upacara adat dan kehidupan sosial suku Toraja saja. Sebab berkunjung ke Tana Toraja juga menyajikan pesona berbagai obyek wisata yang populer dan bahkan mendunia. Kepopuleran Tana Toraja sendiri karena kehidupan suku aslinya, yakni suku Toraja yang masih mempertahankan gaya hidup yang khas. Gaya hidup Astronesia seperti yang terjadi pada masyarakat suku asli Nias, memang menjadi ciri khas kunjungan wisata kesini. Apalagi ditunjang pula oleh keberadaan obyek wisata yang sayang jika tidak disambangi karena indah sekaligus menarik.

Berbeda dengan daerah lain di Pulau Jawa yang sekarang sudah jarang masyarakat membangun rumah adat sebagai tempat tinggal. Berkunjung ke Tana Toraja akan memberikan kesempatan kepada Anda melihat langsung kekokohan rumah adat bernama Pallawa. Pallawa memiliki bentuk atap menyerupai tanduk kerbau yang melengkung pada bagian tengah, dan meruncing pada bagian kedua ujungnya. Dibuat dari bahan alami berupa batang kayu dan dedaunan yang berasal dari sekitar pemukiman warga suku Toraja. Sentuhan menarik ialah terdapat pada seni warna dan motif ukiran yang sekaligus mempercantik tampilan Pallawa. Keunikan lainnya adalah pembangunan rumah adat yang dibuat berjejer, sehingga membentuk kompleks seperti perumahan di masa modern seperti sekarang. Rumah adat ini memiliki ciri khas dengan tanduk kerbau didepan rumahnya yang sengaja di pasang oleh masyarakat setempat.

Kemudian apabila Anda mengunjungi kawasan Lemo, Anda dapat melihat kuburan yang diletakan menggantung di dinding yang merupakan kuburan khusus bagi para bangsawan. Tempat ini juga disebut sebagai rumah para arwah. Bukit ini dinamakan Lemo karena bentuknya bulat menyerupai buah jeruk (limau). Di pemakaman Lemo ini, anda akan melihat mayat yang tersimpan di udara terbuka, di tengah bebatuan yang curam. Kompleks pemakaman ini merupakan perpaduan antara kematian, seni, dan ritual.

Beberapa jenazah bahkan diletakkan begitu saja membentuk barisan rangka di beberapa area. Ditambah lagi dengan kehadiran banyak patung yang terbuat dari batang pohon yang diukir menyerupai manusia. Meski terkesan suram sekaligus suram, namun berkunjung kemari menawarkan pemahaman akan kekayaan budaya di tanah air. Saat waktu tertentu di tempat ini sering diadakan ritual yang namanya upacara Ma' nene, dimana mayat mayat yang ada disana diajak berjalan dan pakaiannya akan diganti dengan yang baru.

Ke’te Kesu adalah sebuah nama Desa di Tana Toraja. Untuk melihat tempat tinggal orang Toraja, kunjungilah Desa Ke’te Kesu’. Anda akan menemukan deretan Tongkonan dihiasi dengan indahnya dan lumbung padi serta bangunan megalitik di sekitarnya. Selain itu, perkampungan ini juga dikenal dengan keahlian seni ukir bambu yang dimiliki oleh penduduknya dan sekaligus sebagai tempat yang direkomendasikan untuk berbelanja souvenir bagi para wisatawan yang berkunjung. Rumah tempat Puang sangalla atau yang biasa disebut Rumah Tongkonan Buntu kalando merupakan tempat raja Sanggalla tempat istirahatnya. rumah ini juga berfungsi sebagai istana untuk kerajaan. namun sekarang Tongkonan sudah berubah fungsi sebagai museum untuk menyimpan semua benda bersejarah yang ditinggalkan oleh kerajaan Sangalla.

Di Tana Toraja ada upacara adat untuk menghormati orang yang meninggal dunia dengan menggelar sebuah pesta dan menyembelih puluhan ekor kerbau dan babi. Upacara ini dekenal dengan upacara adat kematian Rambu Solo’. Pesta ini biasanya digelar selama satu malam atau bahkan sampai tujuh malam tergantung dari status sosial dalam tradisi masyarakat Toraja. Apabila Anda berkunjung ke Tana Toraja pada bulan Juni, Juli, atau Desember, Anda dapat menyaksikan para penjagal melakukan penyembelihan puluhan babi dan kerbau secara kolosal. Dan Anda juga dapat melihat bagaimana keunikan serta sakralnya budaya atau adat istiadat dari Tana Toraja. Kerbau dan babi sendiri merupakan hewan yang dijadikan kurban untuk upacara kematian di tempat ini. Menurut keyakinan dari masyarakat Toraja hewan – hewan tersebut merupakan sarana transportasi bagi para arwah manusia yang meninggal dunia.

Kemudian apabila Anda melanjutkan kunjungan ke Suaya, Anda akan menemukan makam keluarga raja, kemudian didekat Sangala Anda akan menemukan kuburan pohon bayi. Di kuburan ini, bayi yang meninggal sebelum giginya tumbuh dikuburkan di dalam sebuah lubang yang dibuat di pohon yang tinggi. Hal itu dilakukan karena bayi ini dianggap masih suci. Dengan menguburkan di pohon ini, orang-orang Toraja menganggap bayi tersebut seperti dikembalikan ke rahim ibunya dan mereka berharap pengembalian bayi ini ke rahim ibunya akan menyelamatkan bayi-bayi yang akan lahir kemudian. Upacara penguburan ini dilaksanakan secara sederhana dan bayi yang dikuburkan tidak dibungkus dengan kain, sehingga bayi seperti masih berada di rahim ibunya.

Tidak hanya itu, kunjungan Anda bisa dilanjutkan ke Batu Tumonga yag berada di lereng Gunung Sesean yang berjarak sekitar 25 kilometer dari Rantepao. Batu Tumonga dikenal juga sebagai negeri di atas awan, sebab penduduknya tinggal di atas pegunungan. Berada di lereng Gunung Sesean, Anda bisa melihat langsung keindahan pusat kota Rantepao, bahkan terlihat sangat indah di malam hari dengan gemerlapnya lampu di setiap rumah penduduk. Disini dikenal sebagai lokasi wisata yang menyuguhkan panorama alam terindah di Tana Toraja dan wajib untuk dikunjungi.

Di Batu Tumonga Anda akan merasakan sensasi negeri diatas awan, karena memang letaknya berada di ketinggian 1300Mdpl, di tempat ini juga Anda akan menemukan banyak bebatuan menhir dalam sebuah lingkaran dengan lima pohon di bagian tengahnya. Kebanyakan batu menhir memiliki ketinggian sekitar dua sampai tiga meter. Daerah ini juga dikenal memiliki tenun ikat tradisional khas Tana Toraja.

Untuk berkunjung ke obyek wisata Sulawesi ini, ada dua pilihan transportasi yang dapat membawa anda dari Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Yaitu bisa menggunakan pesawat perintis yang berkapasitas 24 orang atau menggunakan mobil melalui jalan darat. Jika menggunakan pesawat dari Bandara Hasanuddin Makassar, anda akan sampai di Bandara Pong Tiku, Rantetayo, Tana Toraja, dalam waktu tempuh sekira 45 menit. Sedangkan jika menempuh perjalanan darat, sekitar delapan jam baru anda tiba di Tana Toraja.

Sudah dibaca 10322 kali

Komentar

  • Tidak ada komentar untuk artikel ini.
 
Mohon tunggu...

Anda tidak diijinkan memberikan komentar. Silahkan login.

Login

RSS/Atom - Social Networks

Open Search

Calendar