CariContactTwitterFacebookYouTube

Pencarian

Kamu di sini Beranda Informasi Tempat Wisata Papua Barat Desa Sawinggrai Atraksi Unik Burung Cantik Cendrawasih di Papua Barat

Desa Sawinggrai Atraksi Unik Burung Cantik Cendrawasih di Papua Barat

Desa Sawinggrai Papua Barat
Desa Sawinggrai Papua Barat

Ada Empat Spesies Cendrawasih di Desa Ini

Tak salah jika Papua sering disebut sebagai bumi cenderawasih. Ya, di tempat inilah kita masih bisa melihat indahnya burung cederawasih yang menjadi ikon kecantikan satwa. Anda bisa datang ke Desa Wisata Sawinggrai Kecamatan Meos Mansar Kabupaten Raja Ampat Papua Barat untuk melihat dari dekat burung Cenderawasih yang masih terjaga hingga kini. Desa Sawinggrai saat ini dihuni oleh sekira 36 kepala keluarga dan sebagian mereka memiliki keahlian membuat kerajinan khas pahatan patung.

Ada empat species Cenderawasih yang dipelihara di sini, yaitu cenderawasih merah (Paradisaea Rubra), cenderawasih belah rotan (Cicinnurus Magnificus), cenderawasih kecil (Paradisaea Minor) dan cenderawasih besar (Paradisaea Apoda). Satu dari empat species tersebut yakni cenderawasih merah adalah ikon khas Desa Sawinggrai. Burung-burung itu hidup nyaman dan aman di desa wisata ini. Oleh karenanya, daya tarik utama wisata Desa Sawinggrai adalah melihat dari dekat cenderawasih yang masih terjaga di habitatnya.

Burung cenderawasih merupakan anggota famili Paradisaeidae dan hanya bisa ditemukan di Indonesia timur, pulau-pulau selat Torres, Papua Nugini, dan Australia timur. Daya tarik burung cenderawasih adalah warna bulunya yang sangat indah, warna indah bulu tersebut digunakan oleh pejantan untuk menarik perhatian betina. Nah, mengapa cenderawasih bisa menjadi atraksi menarik di desa ini bukan tanpa cerita. Konon hal ini bermula dari kerja keras Yesaya Mayor yang selama berbulan-bulan memetakan lokasi mencari makan berikut jenis makanan burung, musim kawin dan musim bertelurnya.

Pada musim kawin, burung cenderawasih jantan akan melakukan gerakan seperti tarian untuk memikat betina. Atraksi yang disukai dan dinikmati semua orang inilah yang membuat warga desa ikut melestarikan serta tidak memburu cenderawasih di hutan mereka. Desa tradisional ini memegang kearifan lokal yang menjadikannya spesial dimana mereka tidak memburu cenderawasih liar di kawasan ini. Kearifan lokal tersebutlah yang memungkinkan generasi seterusnya diharapkan dapat menikmati eksotisme keindahan alam dan fauna endemik yang menjadi bagian ekosistem kawasan tersebut.

Yesaya yang berhasil memetakan tempat burung cantik ini menjadi pemandau pemantauan burung cenderawasih, khususnya saat menyaksikan atraksi menari burung yang menjadi ikon Papua ini. Untuk menikmati tarian cenderwasih itu wisatawan harus mendaki bukit Manjai Sawinggarai selama kurang lebih 30 menit. Sayangnya, atraksi ini tidak bisa ditonton setiap waktu karena burung hanya menari pada pagi hari yakni sekitar pukul 07.00 hingga 09.00 WIT dan sore hari sekitar pukul 16.00 hingga 17.00 WIT. Jika anda ingin melihat atraksi burung cenderawasih menari, datanglah pada saat musim kawin. Jika anda datang pada musim bertelur, maka anda tidak bisa menyaksikan atraksi tersebut.

Tidak hanya itu aktivitas yang bisa kita lakukan di Desa Sawinggrai, Anda juga bisa melakukan snorkling atau memberi makan ikan-ikan liar di sekitar dermaga yang akan langsung menyambar makanan Anda. Oya, Anda tak perlu khawatir kesulitan menginap di desa ini. Masyarakat Sawinggrai menyediakan homestay yang dibangun diatas laut sekitar dermaga. Homestay disini sangat menarik karena desain interior dan eksteriornya cukup indah dipadu dengan keelokan alam desa yang memesona. Tarif homestay berkisar Rp. 500 ribu per-malam per-orang. Harga itu termasuk fasilitas tiga kali makan, memberi makan ikan, snorkling dan menonton aksi cenderawasih.

Sebagai info, masyarakat lokal yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan ini menerapkan sasi laut, yaitu larangan untuk menangkap jenis fauna laut tertentu di sebuah kawasan dalam jangka waktu tertentu. Larangan atau peraturan tersebut disepakati oleh semua anggota masyarakatnya. Karenanya, sensasi memberi makan ikan laut mungkin terjadi, sebab masyarakatnya begitu arif dan bijak dalam memanfaatkan kekayaan alam di sekitar mereka.

Untuk mencapai desa ini, kita bisa berangkat dari Waisai yang bisa ditempuh dalam waktu sekitar 2-4 jam. Tarif kapalnya bervariasi. Jika menumpang perahu masyarakat Anda harus membayar Rp. 100 ribu, sedangkan jika menyewa kapal cepat biayanya Rp. 500 ribu. Selain dari Waisai, kita juga bisa mencapai Desa Sawinggrai dari Pelabuhan Usaha Mina, Sorong dengan menyewa kapal cepat. Karena masih sangat terpencil, jangan banyak berharap akan ada sinyal provider telepon selular selama menginap di kawasan ini.

Sudah dibaca 4896 kali

Login

RSS/Atom - Social Networks

Open Search

Calendar