CariContactTwitterFacebookYouTube

Pencarian

Kamu di sini Beranda Informasi Tempat Wisata Nusa Tenggara Barat Pulau Bungin Nusa Tenggara Barat Keunikan Pulau Terpadat di Dunia

Pulau Bungin Nusa Tenggara Barat Keunikan Pulau Terpadat di Dunia

Pulau Bungin Nusa Tenggara Barat
Pulau Bungin Nusa Tenggara Barat

Pulau Bungin Tidak Memiliki Garis Pantai Seperti Pulau Lainnya

Membicarakan tentang pulau terpadat di Indonesia mungkin kita akan terpikirkan tentang Pulau Jawa. Namun siapa sangka ternyata Indonesia saat ini memiliki pulau dengan penduduk terpadat di dunia, yaitu di Pulau Bungin. Pulau ini memiliki julukan sebagai pulau terdapat di dunia ini nyaris tidak ada lahan kosong, seluruh daratannya dipenuhi rumah-rumah penduduk. Pulau Bungin terletak di Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Kepadatan penduduk pula membuat Pulau Bungin tidak memiliki garis pantai, karena sepanjang pesisir pulaunya seluruhnya dibangun menjadi tempat tinggal. Satu-satunya lahan terbuka yang luas di Bungin adalah halaman Masjid setempat. Pulau ini memiliki luas 8,5 hektar dengan jumlah penduduk 3.400 jiwa. Bungin bermakna pasir putih yang muncul di tengah lautan. Nama yang cocok bagi sebuah pulau yang berdiri di atas batu karang di tengah lautan.

Menariknya, pulau ini selalu bertambah luas seiring meningkatnya jumlah penduduk. Hal ini juga dipengaruhi budaya lokal dimana setiap warga yang hendak menikah selalu membawa karang ketika pulang melaut. Warga yang ingin mendirikan rumah baru harus mereklamasi pulau dengan menguruk lautan dengan karang. Diperkirakan rata-rata, setiap tahunnya, bertambah 10 buah rumah baru di Pulau Bungin. Sehingga semakin bertambahnya rumah, ukuran Pulau Bungin semakin bertambah luas. Akibat lahan yang terbatas, ada beberapa keluarga yang terpaksa harus hidup dalam satu atap.

Yang tidak kalah unik, pulau ini ini juga dihuni sekitar 10 suku. Masyarakat Bungin mayoritas keturunan Suku Bajo, dari Sulawesi, yang dikenal sebagai suku pengembara laut dan penyelam ulung. Sejak bayi, anak-anak Bungin sudah dikenalkan pada dunia bahari melalui Upacara Toyah. Dalam ritual Toyah, bayi dipangku 7 perempuan secara bergantian yang duduk di atas ayunan. Ayunan diibaratkan seperti gelombang lautan yang akan dihadapi sang anak saat besar nanti ketika menjadi pelaut.

Sejak kecil, anak-anak Bungin sudah mahir bermain di lautan dan menyelam untuk berburu ikan. Mereka lazim bermain perahu di laut tanpa pengawasan orangtua. Bocah-bocah usia sekolah dasar sudah mampu mencari uang jajan dengan berburu ikan hias di laut. Mayoritas penduduk Bungin bekerja sebagai nelayan. Sebagian mencari ikan dengan cara menyelam dan memanah. Ada juga yang memiliki keramba, serta mencari lobster dan teripang.

Selain kepadatannya, predikat pulau terpadat di dunia membuat pulau mungil ini menyimpan sederet keunikan. Tak heran, jika pulau ini merupakan salah satu surganya photografer. Di pulau ini Anda bisa menyaksikan langsung kambing pemakan kertas. Tidak adanya lahan pertanian, perkebunan, maupun peternakan membuat satu-satunya jenis ternak yang berada di pulau tersebut, yaitu kambing, terpaksa harus memakan kertas koran, uang yang tercecer, dan baju-baju yang telah robek. Selain itu Anda akan menyaksikan deretan rumah panggung beraneka warna dengan sederet perahu nelayan.

Pulau yang kini sudah terhubung dengan dataran Kecamatan Alas ini perlahan menjadi daerah tujuan wisata bagi para turis. Anda bisa menikmati keindahan sunset atau pun sunrise di sini. Pulau Bungin terletak di sebelah utara Pulau Sumbawa atau sekitar 70 kilometer dari Sumbawa Besar. Transportasi ke Pulau Bungin bisa ditempuh dalam waktu sekitar enam sampai delapan jam perjalanan menggunakan kendaraan termasuk kapal penyeberangan dari Pelabuhan Kayangan, Lombok Timur ke Poto Tano, Sumbawa.

Sudah dibaca 7919 kali

Komentar

  • Tidak ada komentar untuk artikel ini.
 
Mohon tunggu...

Anda tidak diijinkan memberikan komentar. Silahkan login.

Login

RSS/Atom - Social Networks

Open Search

Calendar