Letaknya di Ketinggian Namun Tetap Kokoh Meski Terkena Angin
Candi Angin merupakan salah satu objek wisata sejarah yang bisa Anda jumpai di kota Jepara yang masih menyimpan misteri hingga saat ini. Peninggalan bersejarah ini tepatnya berada di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Berada di ketinggian kurang lebih 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl), membuat candi ini tak banyak dikunjungi oleh masyarakat.
Tidak selayaknya candi-candi yang sudah sedemikian terkenal di Indonesia, Candi Angin justru jauh dari bentuk normal candi lainnya. Hanya berupa tumpukan batu-batu andesit, yang kemudian dikonstruksi berundak-undak. Dengan satu undakan tertinggi, yang seolah memperlihatkan bagaimana struktur kehidupan manusia itu sendiri. Bangunan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka yang ingin berkunjung ke Tempur, selain pemandangan alamnya yang luar biasa untuk bisa dinikmati.
Tidak ada yang tahu pasti, kapan sebenarnya Candi Angin dibangun. Menurut para peneliti Candi Angin diduga lebih tua daripada Candi Borobudur. Candi ini disinyalir sebagai salah satu peninggalan dari kerajaan Kaliangga. Bahkan ada yang beranggapan kalau candi ini buatan manusia purba di karenakan tidak terdapat ornamen-ornamen Hindu-Budha. Adapun asal penamaan dari candi ini dikarenakan letaknya yang berada di ketinggian namun tetap kokoh meski terkena angin. Sehingga dinamakan sebagai Candi Angin.
Candi Angin ini sendiri dibangun untuk tempat penyembahan dari dewa angin menurut kepercayaan masyarakat di masa lampau, dimana dewa ini juga dikenal dengan nama dewa bayu dalam pewayangan. Candi Angin terletak di antara deretan Pegunungan Muria yang ada di Desa Tempur. Selain bangunan yang sudah terlihat sekarang ini, dipercaya bahwa masih ada bangunan lain yang tersembunyi di bawah gundukan tanah yang menutupi candi ini.
Apalagi di lokasi yang tidak berjauhan, ada juga bangunan serupa yang dinamai warga dengan Candi Bubrah. Namun bagaimana hubungan kedua candi ini, juga belum diketahui pasti. Candi Bubrah seolah melengkapi kemisteriusan Candi Angin. Orang sering datang ke candi pada bulan Syuro hingga maulud. Orang yang memohon sesuatu dan doanya terkabulkan, biasanya akan kembali lagi ke candi angin membawa ketupat-lepet sebagai tanda terima kasih dan tanda syukur.
Masyarakat yang tinggal di sekitar candi menganggap Candi Angin sebagai barang peninggalan purbakala, karena dalam candi terdapat peninggalan yang berupa punden berundak yang di dalamnya terdapat sumur batu. Sumur ini terbilang aneh, karena sumur ini pada musim hujan tidak terendam dan pada musim kemarau tidak kering, masyarakat sekitar tidak ada yang mngetahui dari mana sumber airnya. Meskipun airnya diambil setiap hari tetap saja penuh airnya.
Untuk masuk ke dalam candi orang harus minum air kelapa muda, dan untuk masuk makam atau petilasan yang ada, Anda harus membawa minyak telon dan juga kembang telon. Sebelumnya juga diingatkan untuk masuk kedalam komplek candi, ada pantangan yang harus dipatuhi yaitu tidak boleh kencing dan buang air besar.
Setiap perempatan jalan yang dilalui untuk menuju ke candi, perjalanannya sangat melelahkan. Ada pantangan yang tidak boleh diucapkan yaitu mengeluh kelelahan. Apabila ada yang mengeluh kelelahan biasanya ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Dalam perjalanan menuju candi anda akan melihat pemandangan yang sangat indah dan akan merasakan kesejukan.
Buat akun KSMTOUR.COM, jadilah anggota dari komunitas yang secara aktif menyebarkan informasi tentang keindahan Indonesia. Buat akun di sini.
Anda tidak diijinkan memberikan komentar. Silahkan login.