Dulunya Hanya Sebuah Hutan Angker
Seminyak perlahan tapi pasti mengikuti jejak terkenal yang telah diambil oleh Kuta dan Legian dimana keramaian perlahan-lahan mulai mengisi wilayah tersebut dan beberapa tempat yang menarik menawarkan kualitas bintang lima di Petitenget, daerah yang dekat dengan Seminyak. Petitenget adalah sebuah pura berbau magis di daerah pantai nan eksotis berpasir emas di Banjar Batu Belig, Kerobokan, Kuta Utara, Bali.
Sejarah tempat ini tidak begitu terkenal seperti yang kita bayangkan dari cerita-cerita saat ini. Peti memiliki artian dari peti yang sebenarnya dan Tenget berarti angker. Pura ini dibangun pada abad ke-15, dan sejarah menyebutkan bahwa tempat ini merupakan wilayah alam liar yang dipenuhi semak dan pohon-pohon besar.
Sejarah Pura dimulai ketika Pendeta yang bernama Dang Hyang Dwijendra meninggalkan Pulau Serangan dan tiba di sebuah desa yang sekarang dikenal sebagai Kerobokan. Di desa beliau melihat bayangan berukuran raksasa bersembunyi di balik semak-semak. Beliau menyebut bayangan tersebut Bhuta Ijo, anak dari Bhatara Labuhan Masceti. Bhuta Ijo adalah roh yang diyakini memiliki wajah yang sangat menakutkan.
Sebelum Pendeta tersebut meninggalkan desa, ia memberi Bhuta Ijo kotak seperti peti dan memintanya untuk menjaga kotak tersebut. Setelah beberapa saat selama meditasi di Pura Uluwatu, Dang Hyang Dwijendra memiliki pengunjung dari Desa Kerobokan yang datang untuk meminta bantuan. Orang-orang dari desa mengatakan kepada Dang Hyang Dwijendra tentang tanah di dekat desanya yang sangat misterius karena setiap kali seseorang mencoba memasuki tanah tersebut, orang yang bersangkutan akan jatuh sakit. Sebagai solusinya, Dang Hyang Dwijendra kepada orang tersebut agar membangun Pura dan melakukan persembahan di Pura tersebut. Jadi Pura dibangun di daerah tersebut dan ajaibnya berhasil membuat daerah itu menjadi lebih ramah terhadap penduduk. Pura itu kemudian disebut Pura Petitenget Tidak ada suasana menyeramkan lagi, terutama saat ini, ketika Pura ini dikelilingi oleh villa, hotel, dan restoran.
Di depan Pura sendiri tempat parkir luas yang dijaga oleh pecalang (komunitas keamanan lokal). Tempat parkir mobil banyak digunakan oleh pengunjung yang datang ke pantai berpasir putih ini di depan Pura untuk jogging, berjemur, atau hanya sekedar melihat-lihat. Warga desa Kerobokan sebagai warga utama dari pura ini. Pura ini dibangun di sebidang tanah yang lebih tinggi dari pada tanah di sekitarnya.
Di sebelah Barat pura terbentang pantai Petitenget yang indah. Karena ombak di pantai Petitenget cenderung tinggi, banyak para peselancar yang merasa tertantang menaklukkan gulungan ombak yang ada di pantai ini. Disini Anda dapat melihat serunya para peselancar baik peselancar lokal maupun asing menyatu dengan gulungan ombak. Anda juga dapat menikmati pantai dengan berenang ataupun bermain air. Lokasi pantainya pun sangat bersih sehingga para wisatawan menjadi lebih nyaman menikmati keindahan pemandangan pantai.
Di pantai ini anda juga dapat menikmati keindahan matahari terbenam yang indah. Pada Hari Melasti/Mekiyis, pantai ini merupakan tempat untuk Melis bagi warga desa adat Kerobokan, Padangsambian serta Dalung. Upacara Piodalan di Pura Petitenget jatuh pada hari Rabu, Wage, wuku Merakih . Piodalan ini datangnya setiap 6 bulan (210 hari) sekali menurut perhitungan kalender Bali.
Anda tidak diijinkan memberikan komentar. Silahkan login.