Sajian Khas dengan Menggunakan Pincuk
Kalau Anda pecinta makanan ‘berbau’ kambing, Solo adalah surganya. Banyak warung yang khusus menawarkan olahan daging kambing, mulai dari sate, gule, hingga tongseng. Tapi ada satu menu yang tak boleh Anda lewatkan saat mampir ke Solo, yakni Tengkleng. Konon, dulu tengkleng adalah makanan rakyat jelata yang tak mampu menikmati olahan daging kambing, seperti sate atau gule. Karena tengkleng sebenarnya adalah masakan yang diolah dari tulang belulang dan tengkorak kambing yang tak bisa dimasak menjadi sate atau gule.
Salah satu warung yang khusus menawarkan menu tengkleng di Solo adalah warung Tengkleng Bu Edi. Warung ini terletak tepat di sisi utara gapura Pasar Klewer. Walau letaknya ‘njepit’ mudah dicari, karena dipasang tenda terpal dengan tulisan Tengkleng Pasar Klewer ‘Bu Edi’. Jangan harap ada banyak meja dan kursi di warung ini, karena hanya disediakan satu meja ukuran sedang dan dua bangku panjang. Kebanyakan pengunjung memang memilih untuk membungkus Tengkleng Bu Edi untuk dibawa pulang, tapi tak jarang ada pula yang menikmatinya di tempat dengan ditemani riuh suasana Pasar Klewer.
Warung Tengkleng Bu Edi buka dari pukul 14.00 WIB, bahkan sebelum warung dibuka pelanggan yang datang dari berbagai kota sudah antre sejak pukul 13.00 WIB. Hanya dalam waktu 2-3 jam, tengkleng di warung ini sudah ludes terjual. Bahan baku Tengkleng adalah tulang kambing dengan sedikit daging yang menempel dan kuah yang pedas-manis, rasanya terasa di lidah, kalau kurang pedas bias ‘nyeplus’ cabe merah dalam kuah. Tengkleng ini disajikan dengan menggunakan pincuk atau wadah yang dibuat dari daun pisang dan cara menikmatinya dengan diseruput, yang tentunya membawa kenikmatan tersendiri dan harganya Rp 25.000/pincuk, selain tulang berbalut daging ada juga sate otak kambing. Pengunjung juga bisa memilih bagian-bagian tertentu, seperti tulang iga, kaki, mata, kuping, lidah, pipi, sumsum, otak, dan lain-lain.
Usaha tengkleng ini diwariskan turun-temurun dari mendiang nenek Bu Edi sekarang dikelola anak-anaknya. Saat memulai jualan tahun 1971, Bu Edi menggendong dagangannya selama kurang lebih lima tahun keliling Pasar Klewer. Sampai akhirnya menempati lokasi yang sudah menjadi trademark Tengkleng Bu Edi, yaitu di bawah gapura Pasar Klewer.