Kuliner Primadona di Palembang
Palembang tidak hanya identik dengan pempek. Ibu Kota Sumatera Selatan ini juga memiliki makanan yang juga menjadi ikon. Makanan itu adalah Mie Celor. Begitu memasuki Palembang, begitu banyak rumah makan yang menyajikan Mie Celor sebagai hidangan utama. Namun demikian, jika anda ingin merasakan Mie Celor yang sebenarnya, maka anda harus berkunjung ke Mie Celor 26. Rumah makan ini berada di Jalan K.H. Ahmad Dahlan No 2, 26 Ilir, Palembang.
Rumah Makan 26 Ilir HM Syafei, yang menyediakan menu khusus Mie Celor di Palembang, sebenarnya boleh disebut warung kecil karena hanya menyediakan sembilan meja. Tempatnya tidak terlalu besar, namun demikian cukup nyaman untuk disinggahi. Kala musim liburan tempat ini bisa menjual hampir seribu piring Mie Celor dalam sehari.
Mie Celor atau mi celup sesungguhnya tak hanya ada di Kota Palembang, tetapi hampir di semua kota di Pulau Sumatera, seperti Jambi dan Lampung. Namun, di Palembang, Mie Celor menjadi makanan khas, nyaris sepopuler pempek. Bukan hanya orang Palembang yang tinggal di Palembang saja yang menggemari Mie Celor, tetapi juga orang Palembang di perantauan. Terutama saat musim liburan karena banyak orang Palembang yang pulang kampung, pada saat itu Mie Celor jadi menu wajib selain pempek. Makanya tak heran kalau antrean pesanan di warung " Mie Celor 26 Ilir Haji Syafei" bisa jadi lebih panjang pada saat liburan. Rumah makannya biasa saja, tidak berbeda dengan rumah makan lainnya. Tapi keunikan dari rumah makan yang dikelola oleh H. Syafei Z ini adalah menunya yang tunggal yaitu Mie Celor.
Mie Celor 26 telah berdiri sekitar 50 tahunan. Didirikan oleh H.M Syafei Z dan sekarang dikelola oleh putranya, Abdul Aziz. Mie Celor 26 beroperasi setiap hari sejak pukul 07.00 hingga 20.00 WIB. Selama bulan Ramadan, Mie Celor 26 tetap buka seperti biasa. Namun demikian, pengunjung harus ekstra sabar jika ingin berbuka puasa di sini. Menjelang jam berbuka puasa, Mie Celor 26 pasti ramai oleh pengunjung.
Mie Celor sendiri mirip seperti mie rebus, tetapi kuahnya kental dan mienya yang berwarna kuning berukuran besar, lurus tidak keriting, lebih mirip spageti. Mie Celor adalah hidangan mie yang disajikan hangat dalam campuran kuah santan dan kaldu ebi (udang kering), ditambah taoge dan irisan telur rebus, serta ditaburi irisan seledri, daun bawang dan bawang goreng. Kenapa disebut dengan nama Mie Celor? Karena sebelum disajikan, mie dan taoge terlebih dahulu dicelor atau dicelup-celup alias diendam di air mendidih.
Rasa asin dan gurih yang aduhai langsung menyergap disuapan pertama, aroma udang dan telur begitu terasa. Rahasia kelezatan Mie Celor 26 Ilir Haji Syafei terletak pada penggunaan udang sebagai pelezat utama sehingga aroma udang paling dominan dibandingkan dengan bahan-bahan lain. Potongan-potongan otak udang yang diambil dari udang satang (udang yang berukuran besar) dimasak bersama kuah di atas kompor yang tidak terlalu panas langsung memuntahkan aroma udang yang menusuk hidung. Panci untuk kuah Mie Celor harus dibuat secara khusus. Harus terdiri dari dua bagian, yakni tempat air untuk mencelup mi serta taoge dan bagian yang mengapung sebagai tempat kuah.
Menurut Anwar, salah seorang pelayan di warung Haji Syafei, kuah Mie Celor tak boleh menyentuh api karena akan terus mengental. Oleh karena itu, pada panci yang dibuat secara khusus tersebut terdapat bagian terapung untuk kuah. Cara memasak dengan panci khusus tersebut membuat air rebusan terus-menerus mendidih dan kuah menjadi tetap hangat hingga kekentalan tertentu. Jika kuah menjadi terlalu panas, dikhawatirkan akan menjadi terlalu kental.
Bagi sebagian masyarakat Palembang, Mie Celor sudah menjadi santapan wajib selain pempek. Warga Palembang yang tinggal di pinggiran kota rela datang ke kawasan 26 Ilir hanya untuk menikmati Mie Celor. Pendatang dari Jakarta yang ingin membawa pulang Mie Celor sebagai buah tangan juga tidak ada halangan karena makanan ini bisa bertahan beberapa jam. Namun, harus dikemas secara terpisah, antara kuah dan bahan Mie Celor lain.
Biasanya, pembeli yang ingin membawa ke Jakarta memesan terlebih dahulu dan diambil saat akan ke bandara. Tujuannya, agar Mie Celor tetap segar sampai di Jakarta. Sayangnya, warung Haji Syafei belum membuat kemasan khusus untuk pemesan yang ingin membawa ke Jakarta sebagai oleh-oleh. Padahal, jika kemasannya rapi dan aman, tentu banyak orang Palembang yang akan memesan untuk membawa makanan tradisional tersebut.
Namun, pengelola warung Haji Syafei punya alasan, kemasan khusus akan menimbulkan biaya baru. Bahkan, kemungkinan harga kemasan sama mahalnya dengan produk Mie Celor itu sendiri. Selain itu, dengan bungkus plastik yang dilakukan saat ini, belum pernah ada keluhan dari pelanggan karena bungkus kuah Mie Celor pecah saat dibawa dalam kabin pesawat. Dengan kesedapan Mie Celor 26 Ilir dan cukup merogoh kocek sekitar Rp. 10 ribu per porsi, kuliner Mie Celor 26 Ilir ini layak untuk dicoba.