SearchContactTwitterFacebookYouTube

Search

You are here Home Pusat Oleh Oleh Oleh-oleh Khas Madiun Sambel Pecel cap "Jeruk Purut" Ibu Hj Roesmadji Sedap dan Mendunia

Sambel Pecel cap "Jeruk Purut" Ibu Hj Roesmadji Sedap dan Mendunia

Sambel Pecel Hj Roesmadji Khas Madiun
Sambel Pecel Hj Roesmadji Khas Madiun

Pembuatannya Masih Mempertahankan Cara-cara Tradisional

Anda sering berkunjung ke Madiun? Pasti tidak lupa beli oleh-oleh khas Madiun. Sambel pecel adalah salah satu oleh-oleh khas kota Madiun. Berbagai merk sambel pecel,diantaranya Sambel Pecel Cap Jeruk Purut Bu Haji Roesmadji.
Rumahnya terletak di Jalan Delima 32 Kelurahan Kejuron, Kecamatan Taman, Kota Madiun, atau di belakang kantor cabang PT Pegadaian, Kota Madiun. Banyak pembeli yang keluar masuk. Ya, Sambel Pecel Cap Jeruk Purut Bu Haji Roesmadji sudah menjadi langganan wajib bagi warga Madiun.

Perempuan sukses yang dikenal dengan nama Ibu Roesmadji ini (nama suaminya) adalah pendiri Sambel Pecel Jeruk Purut yang cukup ternama di Madiun bahkan di berbagai daerah. Soal cita rasa yang khas dan sedap membuat sambel pecel ini lebih dikenal dari semua jenis sambel pecel yang ada.

Keterbatasan modal dan pendidikan bukan menjadi halangan Bu Roesmadji untuk terus berusaha. Pada kelas 3 sekolah dasar (SD), Bu Kasiyem (nama asli Ibu Haji Roesmadji) harus meninggalkan bangku sekolah karena kedua orangtua tidak punya biaya. Ayah Ibu Roesmadji hanyalah seorang buruh di PT Inka, Madiun. Sehari-hari, ia lebih banyak berjualan mangga dan jambu kluthuk (jambu biji) di pasar bersama kakeknya. Ibu Roesmadji sendiri adalah anak ketujuh dari 12 bersaudara. Hingga menikah dengan petani bernama Bapak Roesmadji, naluri dagang Ibu Roesmadji tak pernah luntur. Di rumahnya di Jalan Delima 32, Madiun, dia berjualan es dawet setelah aneka gorengan buatannya tak laku alias gagal. Kebetulan, rumah Ibu Roesmadji berdekatan dengan kantor cabang PT Telkom dan Perum Pegadaian. Tapi, harapan es dawet buatannya disukai pegawai perusahaan pelat merah tersebut ternyata kandas. Toh, itu tidak menyurutkan semangatnya berwirausaha. Ibu Roesmadji lalu mencoba berjualan nasi pecel untuk melayani kebutuhan pegawai kantor di sekitar rumahnya tersebut. Dan ternyata peruntungan Ibu Roesmadji mulai berubah. Dagangan nasi pecelnya disukai banyak pembeli. Pada tahun 1980 Ibu Roesmadji berhenti membuka warung nasi pecel dan lebih memilih membuat usaha sambel pecel.

Perempuan ini beralasan karena jualan nasi pecel itu lebih capek. Ia harus bangun malam untuk menyiapkan semuanya. Oleh karena itu, ia berpikir untuk memproduksi sambel pecel saja dan mulai memberi label pada sambel pecelnya agar tidak ada yang meniru. Label "Cap Jeruk Purut" ini dipilih karena Ia menggunakan daun jeruk purut sebagai bahan andalannya untuk memperkuat cita rasa sambel pecelnya. Sekarang, usaha pembuatan sambel pecel memang diteruskan secara turun menurun semenjak Ibu Roesmadji sudah meninggal 2 tahun yang lalu.

Dari hari ke hari, bisnis sambel pecel ini terus berkembang. Banyak pesanan yang datang dan didistribusikan ke berbagai daerah seperti Jakarta, Surabaya, Malang, Jogja, Solo, Bandung, Banjarmasin, dan Palembang. Tak hanya itu, sambel pecel ini juga sudah pernah sampai ke mancanegara, khususnya Belanda. Tetapi sekarang terhenti karena terhalang oleh biaya pengiriman dan kemasannya yang belum kedap. Kebanyakan TKW yang pulang ke Indonesia membawa pecel buatan Ibu Roesmadji ini ke Malaysia dan Singapura. Atau jika ada pelajar-pelajar yang pulang dari luar negeri, seperti Jepang, Inggris, Amerika Serikat, juga membawa Sambel Pecel Ibu Roesmadji ini.

Selain racikan daun dan kulit jeruk purut yang menjadi rahasianya, pembuatannya sambel pecel yang masih mempertahankan cara-cara tradisional ini juga sangat menentukan rasa sambel itu sendiri. Rasanya pasti berbeda dengan cara modern. Sambel pecel ini juga selalu terjaga kebersihan dan kesehatannya. Pembuatan sambal pecel berlogo dan bermerek “Jeruk Purut” ini masih mempertahankan cara-cara tradisional mulai dari penggorengan, peracikan, sampai pengemasan. Bahan baku umum selain kacang tanah dan cabe yaitu asam, gula merah, gula pasir, dan garam.

Karena begitu mempertimbangkan tingkat kesehatan dan kebersihannya, usaha sambel pecel jeruk purut ini juga telah mendapatkan hak paten dan sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat. Bisnis ini juga sudah mempekerjakan 30 pekerja, 20 orang dantaranya yakni pekerja tetap. Kebanyakan yang membantu usaha ini juga ibu-ibu yang masih sekerabatan.

Dalam sehari, usaha ini bisa memproduksi rata-rata 800-1000 bungkus. Sambel pecel ini dikemas dalam plastik 250 gram seharga Rp 9.500. Satu harinya, usaha ini beromzet sekitar Rp 2,6 juta. Jenis sambal yang tersedia adalah tidak pedas, sedang, pedas, dan sambal kacang gado-gado. Selain mendirikan usaha di rumahnya, Ibu Roesmadji juga memiliki tiga toko antara lain toko “Adji Rasa” di Jalan Opak (pertokoan Gamasoru), toko “Delima Dua” di Jalan Ciliwung 10, dan toko “Barokah” Jalan Diponegoro (samping Patung Garuda Bosbo).  Sambel pecel buatan Ibu Roesmadji ini bisa tahan sampai tiga bulan, bahkan bisa tahan lima bilan jika disimpan di lemari es. Usaha Ibu Roesmadji juga menjual berbagai makanan khas Madiun seperti brem, madu mongso, lempeng, aneka keripik, ledre, abon, dan serundeng.

It has been read 9947 times

Login

RSS/Atom - Social Networks

Open Search

Calendar