Awalnya Sebuah Rumah yang Disulap Menjadi Museum
Tertarik mengetahui dan mempelajari sejarah perjuangan rakyat Kalimantan Selatan? Datanglah ke Museum Wasaka yang terletak di Gang H. Andir, Kampung Kenanga Ulu, Kelurahan Sungai Jingah, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin. Museum ini berada di tepi sungai Martapura, berdampingan dengan Jembatan 17 Mei (Jembatan Banua Anyar) yang besar, panjang, dan kokoh.
Museum Waja Sampai Kaputing atau kerap disingkat Museum Wasaka menyimpan banyak benda bersejarah saksi bisu perjuangan rakyat Kalimantan Selatan melawan penjajahan Belanda. Kalimat itu merupakan moto perjuangan rakyat Kalimantan Selatan. Museum Wasaka diresmikan pada tanggal 10 November 1991, bertempat di rumah Banjar Bubungan Tinggi yang kemudian di alihfungsikan dari bangunan hunian menjadi museum. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya konservasi bangunan tradisional.
Di sini ada koleksi senjata-senjata modern hingga tradisional rakyat Banjar. Walaupun bentuk museum ini mungil, tapi di dalamnya tersimpan sekitar 400 benda-benda bersejarah selama perang Kemerdekaan. Sebenarnya, ada banyak benda peninggalan dari berbagai perang, seperti, perang Banjar, Perintis Kemerdekaan, Perang Kemerdekaan, Pengisian Kemerdekaan, hingga periode Orde Baru. Namun, karena tempat atau museumnya tidak memadai, terpaksa yang ditampilkan hanya koleksi benda-benda di periode Perang Kemerdekaan. Beberapa benda yang bisa dilihat di museum ini antara lain, berbagai jenis senjata yang digunakan pejuang Banjar di masa revolusi fisik tahun 1945-1949.
Sebut saja senapan angin yang badannya dari kayu. Kemudian ada juga pakaian barajah yang bertulisan mantra-mantra tertentu agar kebal dari serangan musuh. Pakaian barajah ini seperti baju kaus dalam, baju luar, ikat kepala dan babat. Konon, pemakainya yaitu para pahlawan kemerdekaan Kalsel dulu sengaja meminta pakaian mereka dirajahkan. Biasanya, mereka yang bisa merajah ini adalah orang-orang yang ahli di bidangnya seperti para ulama. Kini, pakaian barajah milik mereka disimpan di museum ini. Tak hanya itu, di museum ini juga dipamerkan senjata-senjata tajam tradisional seperti mandau dan tombak.
Di bagian depan museum ini dipamerkan foto-foto mereka yang pernah menjadi gubernur Kalsel hingga gubernur yang sekarang masih menjabat, yaitu H Rudy Ariffin. Di bagian tengah, di lorong sebelah kanan, dipamerkan teks proklamasi pernyataan warga Kalimantan Selatan untuk bergabung sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Masuk ke bagian dalamnya lagi, ada baju-baju barajah dan berbagai senjata yang dipakai oleh rakyat Kalsel melawan Belanda dulu. Di sini juga ada berbagai peralatan memasak dan makan yang dipakai para pejuang dulu saat bergerilya. Ada juga beberapa kamera zaman dulu, tas, radio dan mesin ketik yang dulu kerap dipakai para pejuang untuk berbagai keperluan memperebutkan kemerdekaan.
Masuk lagi ke bagian belakang, ada replika pembuatan senjata tajam dan pistol milik para pejuang. Replikanya dilengkapi patung si pembuat senjatanya. Menurut penjaga museum ini, replika itu dibuat di Yogyakarta. Sementara benda-benda bersejarah lainnya sengaja dikumpulkan dari keluarga para pejuang itu yang tersebar di beberapa daerah di Kalsel. Para pengunjung lebih suka memakai alat transportasi sungai seperti kelotok untuk mencapai tempat wisata ini. Mereka biasa diturunkan di dermaga di seberang museum ini. Biasanya, mereka berombongan dan kunjungan mereka sepaket dengan ke Pasar Terapung Lokbaintan di Kabupaten Banjar.
Museum ini ramai dikunjungi saat Sabtu dan Minggu. Memasuki museum ini, cukup membayar parkir Rp 3.000 jika Anda menggunakan mobil atau sepeda motor. Kalau masuk ke dalam museumnya gratis. Pengunjung museum ini tak hanya warga Kalsel, tetapi juga dari daerah lain seperti Yogyakarta, Jakarta dan Bali. Museum ini beroperasi tiap Selasa hingga Kamis pukul 09.00-12.00 Wita, Jumat pukul 09.00-11.00 Wita serta Sabtu dan Minggu pukul 09.00-12.30 Wita.