CariContactTwitterFacebookYouTube

Pencarian

Kamu di sini Beranda Informasi Tempat Wisata Kepulauan Riau Kampung Vietnam Menyimpan Sejarah Kemanusiaan di Kepulauan Riau

Kampung Vietnam Menyimpan Sejarah Kemanusiaan di Kepulauan Riau

Kampung Vietnam Kepulauan Riau
Kampung Vietnam Kepulauan Riau

Ada Beberapa Bangunan Peninggalan Pengungsi Vietnam

Pulau Galang, yang terletak di selatan Pulau Batam, Kepulauan Riau memiliki satu tempat unik bernama Kampung Vietnam tepatnya di Desa Cijantung. Kampung ini merupakan tempat pengungsian orang-orang Vietnam pada tahun 70-an karena perang saudara yang berkecamuk di sana. Kampung Vietnam seluas 80 hektar di Pulau Galang, keberadaannya beserta berbagai peninggalannya layak dicatat sebagai monumen kemanusiaan bangsa Indonesia.

Perang Vietnam yang terjadi sekitar tahun 1970 membuat sebagian besar warga Vietnam lari dari negaranya karena jumlah korban jiwa yang begitu tinggi akibat perang tersebut. Ribuan warga Vietnam berusaha meninggalkan negara tersebut untuk terhindar dari perang, mereka memilih lari menggunakan kapal kayu untuk mengungsi ke negara lain tanpa tujuan yang jelas. Perahu mereka terombang-ambing di lautan luas selama berbulan-bulan berharap kapal tersebut tersandar di pinggir pantai.

Tidak semua pengungsi selamat, Kapal karam, dirampok, diperkosa, dibunuh oleh bajak laut yang berkeliaran, terkena penyakit mematikan, kelaparan sudah menjadi takdir. Ribuan pengungsi lainnya yang selamat terpencar di beberapa negara terpisah, sebagian lainnya akhirnya tiba di salah satu negara yaitu Indonesia, mereka tiba dengan selamat di Pulau Galang. Dan di pulau itu komisi PPB untuk urusan pengungsian mendirikan fasilitas yang dibutuhkan mulai dari rumah tinggal, rumah sakit, sekolah, jalan hingga penjara. Sebagai kompensasi para pengungsi tersebut tidak boleh berinteraksi dengan penduduk asli karena untuk menghindari penularan penyakit kelamin Vietnam Rose hingga dan mereka tinggal disana sampai tahun 1996.

Untuk menuju ke Pulau Galang dari Kota Batam, kita hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam perjalanan darat mlewati jembatan Barelang. Kondisi Kampung Vietnam sekarang sudah sepi, dan hanya tersisa bangunan-bangunan atau puing-puing, karena pada tahun 1996 seluruh pengungsi warga Vietnam telah dipulangkan kembali ke negara asalnya. Jejak yang tertinggal di antaranya lokasi pekuburan, serta bangunan rumah ibadah, seperti mushala, wihara, dan gereja (Katolik dan Kristen Protestan). Selain itu, ada sejumlah bangunan yang tidak lagi terawat, yakni bekas kamp bagi para pengungsi untuk berteduh.

Sebelum masuk Anda akan melintasi sebuah portal untuk membayar tiket masuk, biaya tiket masuk perorang yaitu Rp 5.000. Setelah itu Anda akan melihat patung perempuan lemah terkulai dinamakan Humanity Statue, merupakan monumen untuk mengenang tragedi kemanusiaan seorang wanita Vietnam yang bunuh diri setelah diperkosa sesama pengungsi. Tak jauh sini, akan dijumpai sebuah pemakaman yang diberi nama Ngha Trang Grave. Makam ini dibangun memang dikhususkan untuk pemakaman pengungsi Vietnam. Sekitar 503 pengungsi dimakamkan disini akibat banyak yang menderita berbagai macam penyakit yang berbahaya seperti penyakit kelamin Vietnam Rose.

Ada juga tempat ibadah yang digunakan para pengungsi, yaitu Vihara Quan Am Tu, gereja Katolik Nha Tho Duc Me Vo Nhiem, gereja Protestan, dan mushala. Selain itu, terdapat juga monumen perahu. Berupa tiga buah perahu yang digunakan pengungsi Vietnam yang terdampar di Pulau Galang. Ini memang perahu asli yang ditarik dari lautan ke darat lalu dijadikan monumen. Kampung itu seperti kota mati, dimana banyak kendaraan motor, mobil atau perabotan rumah tangga yang ditinggal begitu saja. Bangunan yang terawat dengan baik adalah rumah ibadah, konon Gereja Katolik disana masih dalam kondisi asli semua.

Kampung Vietnam juga dilengkapi museum khusus yang menyimpan benda-benda peninggalan, foto dan identitas pengungsi  di masa itu. Kini, Kampung Vietnam sekitar 60 kilometer dari Batam, dipasarkan sebagai obyek wisata sejarah andalan Batam, bahkan Kepulauan Riau. Khusus pada hari raya atau hari libur, pengunjungnya bisa mencapai 4.000 orang hingga 5.000 orang. Tidak sedikit dari para wisatawan itu adalah pengungsi atau keluarganya yang kini sudah berhasil dan menyebar di sejumlah negara. Kunjungan mereka terutama ke lokasi pemakaman.

Sudah dibaca 6808 kali

Komentar

  • Tidak ada komentar untuk artikel ini.
 
Mohon tunggu...

Anda tidak diijinkan memberikan komentar. Silahkan login.

Login

RSS/Atom - Social Networks

Open Search

Calendar